ORNANISASI PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA
SERIKAT ISLAM
Tahun Berdiri : 1912
Tokoh Pelopor/Pendiri : H.O.S Cokroamonoto, HJ Samahudi
Bentuk Organisasi : Ekonomi dan Politik
Tujuan Organisasi :
a. Mengembangkan jiwa dagang.
b. Membantu
anggota-anggota yang mengalami kesulitan
dal;am bidang usaha.
c. Memajukan
pengajaran dan semua usaha yang
mempercepat
naiknya derajat rakyat.
d. Memperbaiki pendapat-pendapat yang
keliru mengenai
agama islam.
e. Hidup menurut
perintah agama.
Strategi Organisasi : - SI tidak
membatasi keanggotaannya hanya untuk
masyaakat Jawa dan
Madura saja.
-
Mengadakan
kongres antar bangsa.
-
Keluar
dari Volksraad (Dewan Rakyat).
Sikap Terhadap Hindia-Belanda :
Non Koopertif
1. Latar Belakang Berdirinya Sarekat Islam
Sarekat Islam pada awalnya adlah
perkumpulan pedagang-pedagang Islam yang diberi nama Sarekat Dagang Islam.
Perkumpulan ini didirikan oleh Haji Samanhudi tahun 1911 di kota Solo.
Perkumpulan ini berkembang pesat,
sehingga perkumpulan ini menjadi berarti dan berpengaruh. Semakin berkembang
pesat ketika Tjokroaminoto memegang tampuk pimpinan dan mengubah nama
perkumpulan menjadi Sarekat Islam.
Perubahan terjadi pada tahun 1912
yang mengandung isi dan jiwa serta berfokus pada agama Islam dengan segala
manifestasinya.Pendiri Sarekat Islam, Haji Samanhudi adalah seorang pengusaha
batik dikampung Lawean (Solo).
Selanjutnya menurut A. P. E Korver
(Univerteseit van Amsterdam) dalam bukunya Sarekat Islam : Gerakan Ratu Adil
(1912-1916) mengatakan bahwa sudah sejak lama di Solo berdiri perkumpulan
Cina-Jawa yang bernama Kong Sing dengan anggotanya adalah pengusaha-pengusaha
Cina dan Jawa termasuk Haji Samanhudi. Pada tahun 1911, ketika Cina meletus
Revolusi terjadilah sikap yang merenggangkan hubungan orang Cina dengan orang
Jawa dan juga terjadinya keregangan hubungan sesama anggota Kong Sing. Akhirny,
anggota Kong Sing Jawa mendirikan Rekso Rumekso yang kemudian menjadi SI.
2. Tujuan Sarekat Islam
2. Tujuan Sarekat Islam
Tujuan utama SI pada awal berdirinya
adalah menghidupkan kegiatan ekonomi pedagang Islam Jawa. Tujuan utama Sarekat
Islam untuk mengembangkan perekonomian, berkali-kali telah ditekankan oleh
pemimpinnya yang terkemuka, yaitu Haji Oemar Said Tjokroaminoto (HOS.
Cokroaminoto). Ia adalah seorang orator yang cakap dan bijak, serta mampu
memikat anggotanya. Dalam pidatonya pada rapat raksasa di Kebun Binatang
Surabaya pada tangal 26 Januari 1913, ia menegaskan bahwa tujuan memperkuat
ekonominya agar mampu bersaing dengan bangsa asing dan membebaskan ketergantungan
ekonomi dari bangsa asing.
3. Perkembangan Sarekat Islam
Sarekat Islam dianggap membahayakan
kedudukan pemerintahan Hindia Belanda, karena ia mampu memobilisasikan masa.
Namun, Gubernur Jendral Idenburg (1906) tidak menolak kehadiran Sarekat Islam.
Keanggotaan Sarekat Islam semakin luas. Orang-orang Belanda yang kebetulan
beradai di Eropa mengejutkan bahwa Sarekat Islam identik dengan kesalahan
idenburg. Kesalahan Idenburg berarti bahwa pemerintah Belanda akan kehilangan
daerah jajahannya.
Pada kongres Sarekat Islam di
Yogyakarta pada tahun 1914, HOS. Cokroaminoto terpilih sebagai ketua Sarekat
Islam. Ia berusaha tetap mempertahankan keutuhan dengan mengatakan bahwa
kecenderungan untuk memisahkan dii dari Central Sarekat Islam harus dikutuk dan
persatuan harus dijaga karena Islam sebagai unsur penyatu.
Politik Kanalisasi Idenburg cukup
berhasil, karena Central Sarekat Islam baru diberi pengakuan badan hukum pada
bulan Mei 1916 dan keputusan ini diambil ketika ia akan mengakhir masa
jabatannya. Idenburg digantikan oleh Gubernur Jendral van Limburg Stirum
(1616-1921). Gubernur jendral baru itu bersikap agak simpatik terhadap Sarekat
Islam.
Dalam kongres tahunan Sarekat Islam
yang diselenggarakan tahun 1916, H.O.S. Tjokroaminoto secara panjang lebar
menguraikan perlunya pemerintahan sendiri untuk rakyat Indonesia. Pada bulan
Juni 1916 diadakan kongres yang dihadiri oleh Sarekat Islam lokal yang meliputi
360.000 orang anggota. Kongres ini merupakan Kongres Nasional Sarekat Islam
Pertama.
Kongres Sarekat Islam kedua pada
tahun 1917 yang diadakan di Jakarta. Tujuan perjuangan Sarekat Islam adalah
membentuk pemerintahan sendiri dan perjuangan melawan penjajah dari kapitalisme
yang jahat. Dalam kongres itu diputuskan pula tentang keikutsertaan partai
dalam Volksraad. H.O.S. Tjokroaminoto (anggota yang diangkat) dan Abdul Muis
(anggota yang dipilih) mewakili Sarekat Islam dlam Dewan Rakyat (Volksraad).
Pada Kongres Sarekat Islam Ketiga
tahun 1978 di Surabaya, pengaruh Sarekat Islam semakin meluas. Kongres Sarekat
Islam Keempat tahun 1919, Sarekat Islam memperhatikan gerakan buruh atau
Sarekat Pekerrja karena hal ini dapat memperkuat kedudukan partai dalam
menghadapi pemerintah kolonial. Kongres Sarekat Islam Kelima tahun 1921.
Dalam Kongres Luar Biasa Central
Sarekat Islam yang diselenggarakan tahun 1921 dibicarakan masalah disiplin
partai. Abdul Muis (Wakil Ketua CSI) yang menjadi pejabat ketua CSI
menggantikan Tjokroaminoto yang masih berada dalam penjara, memimpin kongres
tersebut. Golongan komunis yang diwakili oleh Semaun dan Darsono, dikeluarkan
dari Sarekat Islam. Dengan pemecatan Semaun dari Sarekat Islam, maka Sarekat
Islam pecah menjadi dua, yaitu Sarekat Islam Putih yang berasaskan
kebangsaan-keagamaan dibawah pimpinan Tjokroaminoto dan Sarekat Islam Merah yang
berdasarkan komunis dibawah pimpinan Semaun yang berpusat di Semarang.
4. Perpecahan dalam Sarekat Islam
Pada Kongres Sarekat Islam ketujuh
1923 di Madiun diputuskan bahwa Central Sarekat Islam digantikan menjadi Partai
Sarekat Islam (PSI).
5. Garis Perjuangan Partai Sarekat Islam
5. Garis Perjuangan Partai Sarekat Islam
Pada periode antara tahun 1911-1923
Sarekat Islam menempuh garis perjuangan parlementer dan evolusioner. Artinya,
Sarekat Islam mengadakan politik kerjasama dengan pemerintahan kolonial
(kooperatif) kongres Partai Sarekat Islam tahun 1927 menegaskan bahwa tujuan
perjuangan adalah mencapai kemerdekaan nasional berdasarkan agama Islam. Partai
Sarekat Islam menggabungkan diri dengan perumfakatan Perhimpunan-perhimpunan
Politik ebangsaan Indonesia (PPPKI).
Pada tahun 1927 nama partai Sarekat
Islam ditambah dengan Indonesia untuk menunjukan perjuangan kebangsaan dan
kemudian namanya menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Perubahan nama
itu dikaitkan dengan kedatangan dr. Sukiman dari negeri Belanda. dr. Sukiman
menyatakan keluar dari organisasi serta mendirikan Partai Islam Indonesia
(PARI). Perpecahan ini melemahkan kedudukan Partai Sarekat Islam Indonesia.
Partai Sarekat Islam Indonesia pecah menjadi PSSI Kartosuwiryo, PSSI Abikusno,
Partai Sarekat Islam Indonesia dan PARI dr. Sukiman.
INDISCHE PARTIJ
Tahun Berdiri
: 1912
Tokoh
Pelopor/Pendiri : E.F.E Douwes Dekker, Cipto Mangunkusumo, Suwardi Suryaningrat. Bentuk Organisasi :
Politik
Tujuan Organisasi : - Untuk mempersiapkan kehidupan bangsa
Indonesia yang
merdeka.
- Mendobrak kenyataan
politik rasial yang dilakukan
pemerintah kolonial Belanda.
Strategi
Organisasi : 1. Melakukan propaganda secara
lisan maupun tulisan
2. Menyebarkan Brosur
yang berjudul Als Ik een
Nederlander
was ( andaikan aku seorang Belanda) saat
Upacara 100 tahun peringatan kemerdekaan Belanda.
Sikap Terhadap
Hindia-Belanda : Non Kooperatif
1) Latar Belakang berdirinya Indische Partij
Keistimewaan Indische Partij adalah
usianya yang pendek, tetapi anggaran dasarnya dijadikan program politik pertama
di Indonesia. Organisasi ini didirikan oleh Dr. Ernest Francois Douwes Dekker
(alias Setyabudi) di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912 dan merupakan
organisasi campuran Indo dengan bumi putera. Douwes Dekker ingin melanjutkan
Indische Bond, organisasi campuran Asia dan Eropa yang berdiri sejak tahun
1898. indische Partij, sebagai organisasi politik semakin bertambah kuat
setelah bekerjasama dengan dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Suwardi Sruyaningrat
(Ki Hajar Dewantara). Ketiga tokoh ini kemudian dikenal dengan sebutan “Tiga
Serangkai”.
2) Perkembangan Indische Partij
2) Perkembangan Indische Partij
E.F.E. Douwes Dekker berpendapat
bahwa hanya melalui kesatuan aksi melawan kolonial, bangsa Indonesia dapat
mengubah sistem yang berlaku, juga keadilan bagi sesama suku bangsa merupakan
keharusan dalam pemerintahan. E.F.E. Douwes Dekker berpendapat, setiap gerakan
politik haruslah menjadikan kemerdekaan yang merupakan tujuan akhir.
pendapatnya itu disalurkan melalui majalah Het Tijdschrift dan surat kabar De
Espres.
E.F.E Douwes Dekker banyak berhubungan
dengan para pelajar STOVIA di Jakarta. Menurut Suwardi Suryaningrat, meskipun
pendiri Indische Partij adalah orang Indo, tetapi tidak mengenal supermasi Indo
atas Bumi Putera, bahkan ia menghendaki hilangnya golongan Indo dengan
meleburkan diri dalam masyarakat bumi putera.
Suwardi Suryaningrat mendirikan
Taman Siswa (1922) dan menentang Undang-Undang Sekolah Liar (1933). Dr. Tjipto
Mangoenkoesoemo meneruskan perjuangannya yang radikal, walaupun ia dibuang
bersama E.F.E. Douwes Dekker ke Belanda tahun 1913. Pada tahun 1926 ia dibuang
la dibuang lagi ke Banda dan sebelumnya dipenjarakan dua tahun di Bandung.
Sebelum Jepang masuk ia dibebaskan dari penjara pada tahun 1943 ia meninggal
dunia.
E. F. E. Douwes Dekker melakukan
propaganda ke seluruh Jawa dari tanggal 15 September sampai dengan 3 Oktober
1912. Perjalanan itu ia pergunakan untuk melakukan rapat dengan golongan elit
lokal seperti di Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Semarang, Tegal, Pekalongan,
dan Cirebon. E.F.E Douwes Dekker disambut hangat oleh pengrusu Budi Utomo di
Yogyakarta.
Dari Anggaran Dasar Indische Partij
dapat disimpulkan bahwa tujuannya adalah untuk membangun lapangan hidup dan
menganjurkan kerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan guna memajukan tanah
air Hindia Belanda dan untuk mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.
Indischer Partij berdiri atas dasar nasionalisme yang menampung semua suku
bangsa di Hindia Belanda untuk mencapai kemerdekaan Indonesia. Paham kebangsaan
ini, setelah mengalami perjalanan panjang, diolah dalam Perhimpuan Indonesia
(1924) dan Partai Nasional Indonesia.
Semangat jiwa dari dr. Tjipto
Mangoenkoesoemo dan Suwardi Suryaningrat sangat besar berpengaruh bagi pemimpin
pergerakan waktu itu, terlebih lagi Indischer Partij menunjukan garis
politiknya secara jelas dan tegas serta menginginkan agar rakyat Indonesia
dapat menjadi satu kesatuan penduduk yang multirasial.
Suwardi Suryaningrat, Tjipto
Mangoenoesoemo, Douwes Dekker ingin menggagalkan niat Belanda dengan tulisan
yang berjudul Alk ik een Nederlander was yang artinya “Andaikata aku seorang
Belanda”.
Ketiga tokoh Indische Partij
ditangkap pada tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda. pada tahun 1914 Tjipto
Mangoenkoesoemo dikembalikan ke Indonesia (karena sakit) sedangkan Suwardi
Suryaningrat dan Douwes Dekker tetap terjun dalam bidang politik dan Suwardi
Suryaningrat terjun ke dalam bidang pendidikan, selanjutnya dikenal dengan nama
Ki Hajar Dewantara.
BUDI
UTOMO
1) Latar
belakang Munculnya Organisasi Budi Utomo
Pada abad ke-19 situasi sosial ekonomi
di Jawa semakin memburuk. Hal ini disebabkan eksploitasi kolonial, politik
liberal, dan politik etis. Westernisasi gencar dilakukan oleh pemerintah
kolonial mengakibatkan perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat
tidak dapat dibendung lagi.
Akibat politik etis mengandung
usaha-usaha untuk memajukan pengajaran, pada dekade abad ke-20 terdapat
kekurangan dana beljar bagi anak-anak Indonesia. Keadaan ini menimbulkan
keprihatinan Dr. Wahidin Sudirohusodo untuk menghimpun dana. Pada tahun 1906-1907
dilakukan propaganda keliling Pulau Jawa. Ide Dr. Wahidin Sudirohusodo itu
diterima dan dikembangkan oleh Sutomo, seorang siswa School Tot Opleiding Van
Indische Arsten (STOVIA). Akhirnya Sutomo mendirikan Budi Utomo di Jakarta pada
tanggal 20 Mei 1908.
2) Perkembangan Organisasi Budi Utomo
2) Perkembangan Organisasi Budi Utomo
Budi Utomo memperkenalkan corak baru
yakni kesadaran lokal yang diformulasikan dalam wadah organisasi modern.
Kelahiran organisasi Budi Utomo
menimbulkan bermacam reaksi dari kalangan orang-orang Belanda. Kelompok priyani
yang sudah mapan menolak kehadiran Budi Utomo, sehingga para priyani atau para
Bupati membentuk perkumpulan Regent Bond, Setia Mulia (1908) di Semarang.
Perkumpulan ini muncul dengan bertujuan untuk mencegah cita-cita Budi Utomo
yang dianggap mengganggu stabilitas kedudukan sosial mereka.
3) Perjuangan Budi Utomo
3) Perjuangan Budi Utomo
Terdapat dua prinsip perjuangan Budi Utomo, yaitu
sebagai berikut:
a. Prinsip pertama diawali oleh
golongan muda, dimana golongan muda cenderung menempuh jalan politik dalam
menghadapi pemerintahan kolonial.
b. Prinsip kedua oleh golongan tua,
dimana golongan tua menempuh perjuangannya dengan cara lama sosio-kultural
Ketika Perang Dunia I (1914), Budi
Utomo turut memikirkan cara-cara mempertahankan Indonesia dari serangan luar.
Budi Utomo mengajurkan milisi dalam Komite Pertahanan Hindia (Comite Indie
Weebaar). Pada akhir perang dibentuk Dewan Rakyat (Vloksraad).
Pada dekade ketiga abad ke-20
kondisi sosial politik makin matang dan Budi Utomo mencari orientasi politik
yang mantap dan massa yang lebih luas. Pada tahun 1935 organisasi ini bergabung
dengan organiassi lain menjadi Partai Indonesia Raya (Parindra).
Budi Utomo bukan hanya terkenal
sebagai organisasi nasional yang pertama di Indonesia, tetapi juga sebagai
salah satu organisasi yang terpanjang usianya sampai dengan proklamasi
kemerdekaan Indonesia.
MUHAMMADIAH
1) Latar
Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Gerakan pembaruan yang bersifat
reformis dan modernisasi Islam juga mempengaruhi K.H. Ahmad Dahlan. Kemudian ia
menjadi pendiri perkumpulan Muhammadiyah. K.H. Ahmad Dahlan memulai gerakan
pembaruan dengan menginsyafkan beberapa orang keluarga dan teman sejawatnya
yang terdekat di Yogyakarta (Kampung Kauman).
Perkumpulan Perserikatan
Muhammadiyah di Yogyakarta pada tanggal 18 Nopember 1912. Pengurus pertama dari
Perserikatan Muhammadiyah (Muhammadiyah berarti pengikut Muhammad) terdiri dari
K.H.A. Dahlan, Abdulah Sirad, H. Ahmad, H. Abdurachman, R.H. Sorkawi, H.
Muhammad, R.H. Jallani, H. Anis, dan H.M. Fakih.
Tujuan pendirian Muhammadiyah adalah
sebagai tanggapan atas saran yang diajukan oleh murid-muridnya dan oleh beberpa
anggota Budi Utomo, misalnya Mas Raji, murid sekolah Kweekschool di Yogyakarta
dan R. Sastra Suganda, guru sekolah Kweekschool. Di samping itu, K.H.A. Dahlan
pada tahun 1909 menjadi anggota Budi Utomo dengan maksud agar dapat memberi
pelajaran agama kepada para anggota Budi Utomo.
2) Perkembangan Muhammadiyah
Muhammadiyah berpendapat bahwa dasar
agama Islam adalah Al-Qur’an dan Hadist yasng ditafsirkan secara mutakhir. K.H.
Achmad Dahlan menolak sikap talkid (tunduk secara membuta) kepada pertanyaan
dan tindakan orang lain. Juga mempunyai tujuan untuk dapat mengajarkan agama
Islam diantara para anggotanya.
Pada mulanya KH. A. Dahlan sendiri
menjalankan berbagai macam pekerjaan, seperti tabligh. Mengajar di sekolah
Muhammadiyah, memimpin pengajian, dan mengumpulkan pakaian untuk diberikan kepada
orang miskin.
Pada tanggal 20 Desember 1912, KH.
A. Dahlan mengajukan surat permohonan badan hukum yang kemudian dikabulkan
dengan keluarnya Surat Ketetapan (Goverment Besluit) No. 81 tanggal 22 Agustus
1914, yang hanya memberikan izin bagi Muhammadiyah untuk daerah Yogyakarta.
Setelah tahun 1917, daerah kegiatan
Muhammadiyah mulai meluas keluar daerah Yogyakarta. Pada tahun 1917, Budi Utomo
mengadakan kongresnya di Yogyakarta di rumah K.H.A. Dahlan. Dalam kongres itu,
K.H.A. Dahlan mengadakan tabligh bagi pengikut kongres. Pada tahun 1920 ketika
kegiatan Muhammadiyah diperluas ke seluruh Pula Jawa, dan pada tahun 1921 ke
seluruh daerah Indonesia.
Pekerjaan K.H.A. Dahlan sebagai
saudagar batik yang sering berkelana, memudahkan ia mencari kawan dan
menyiarkan pahamnya.
Di Surabaya, seorang pedagang
Minangabau yang bernama Fakih Hasyim telah mengadakan tabligh yang bersifat
pembaruan, sehingga di Surabaya didirikan cabang Muhammadiyah atasan saran Haji
Mansur.
Demikian juga dengan Al Munir dan Shirothol
Mustawim di Makasar, Al Hidayah di Garut, Sidiq Amanat Tabligh Fatonah di Solo,
dan Sendi Aman Tiang Selamat yang didirikan oleh Haji Rasul di Sumatera Barat.
Semua perkumpulan lain itu meleburkan diri menjadi cabang dari Muhammadiyah.
KH. A. Dahlan mengajukan lagi
permohonan izin kepada pemerintah untuk mendirikan cabang Muhammadiyah di luar
daerah Yogyakarta. Permohonan itu dikabulkan dengan Surat Keputusan Pemerintah
No. 40 tanggal 16 Agustus 1920.
3) Pengaruh Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan
Antara tahun 1920-1925 Muhammadiyah
giat mendirikan sekolah-sekolah karena bidang pendidikan dan pengajaran
mendapatkan tempat yang istimewa di dalam Muhammadiyah. Pada tanggal 14 Juli
1923 didirikan suatu badan oleh Muhammadiyah dengan ketuanya adalah M. Ng.
Joyosugito, yang kemdian menjadi gerakan Ahmadiyah Lahore.
KH. A. Dahlan, pada mulanya
mendirikan sekolah rakyat di Kampung Katiman dan murid-muridnya terdiri dari
laki-laki dan wanita. Pada waktu itu mulai diadakan pemisahan, murid-murid
laki-laki bersekolah di Standard School Suronatan sedangkan murid-murid wanita
bersekolah di Sekolah Rakyat Kauman. Sekolah Menengah yang pertama kali
didirikan adalah perguruan Al Qismul Agro (pendiriannya adalah K.H. A. Dahlan
tahun 1918).
Dengan demikian, peranan lembaga
pendidikan dan organisasi Muhammadiyah sangat besar dalam menunjang perjuangan
untuk mencapai kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia. Dan bahkan pada saat
sekarang lembaga pendidikan Muhammadiyah sudah berkembang hampir di seluruh
wilayah Indonesia.
PARTAI KOMUNIS INDONESIA ( PKI )
Tahun Berdiri :
1920
Tokoh
Pelopor/Pendiri : Semaun, Darsono, Snevliet
Bentuk
Organisasi : Politik
Tujuan Organisasi :
Untuk menyebarkan Marxisme di kalangan kaum buruh dan Raya Indonesia.
Strategi Organisasi :
Pemberontakan G30S/PKI
Sikap
Terhadap Hindia-Belanda : Non Kooperataif
1) Latar
Belakang Munculnya Partai Komunis Indonesia (PKI)
Dalam kongres nasional Sarekat Islam
sudah dibicarakan masalah penggabungan prinsip-prinsip Islam dan sosialisme.
Sosialisme dipandang sebagai lambang kemodernan yang berlawanan dengan
imperialisme. Gerakan Islam modern akan membawa keadilan, kemakmuran, dan
kemerdekaan bangsa terjajah.
Mereka mendirikan Indische Sosiaal
Democratische Vereeniging (ISDV) yaitu Perhimpunan Sosial Masyarakat Hindia.
Pendiri organisasi ini adalah orang Belanda, diantaranya Sneevliet,
Brandsteder, sedangkan dari pihak Indonesia adalah Semaun (saat itu menjabat
sebagai Ketua SI cabang Semarang.
Sneevliet harus berupaya mendapatkan
tokoh yang berpengaruh pada perkumpulan-perkumpulan orang Indonesia yang
berwibawa di mata masyarakat. Usaha ini dilakukan agar ia dapat meneruskan ajaran-ajaran
yang dibawanya kepada massa. Di samping itu, anggota yang muda dan radikal juga
dapat bergabung dengan ISDV tanpa harus meninggalkan SI. Pengikut ISDB ini pada
tahun 1917 membentuk sebuah fraksi dalam SI, sehingga hal ini sangat
mengkhawatirkan pimpinan SI.
2) Perkembangan PKI
Revolusi Rusia tahun 1917 mendorong
pergerakan Indonesia waktu itu semakin radikal dan sebagai bukti bahwa
pemogokan yang terjadi setelah tahun 1922 dikendalikan oleh kaum komunis.
Radikalisme kaum komunis menyebabkan
pemerintah mengusir orang-orang Belanda pendiri ISDV dari Indonesia. Pada bulan
Mei 1920 organisasi ini diganti namanya menjadi Perserikatan Komunis Hindia dan
pada tahun 1924 diubah menjadi Partai Komunis Indonesia. Pada tahun 1920 PKI
bergabung dengan Comintern (Communist International) yang merupakan forum dan
pusat efektif bagi partai-partai komunis seluruh dunia.
PKI mendapat kekuatan di kalangan
buruh. Pada tahun 1923 buruh kereta api tergabung dalam Vereeninging voor Spoor
en Tramweg Personeel (VSTP) mendesak dilancarkannya pemogokan untuk menuntut
kenaikan upah. Ternyata pemogokan gagal dan pemimpinnya dibuang. Mulai tahun
1924, PKI menyebarkan pengaruhnya ke pedesaan Jawa dan ke luar Jawa, dan sejak
itu partai menyiapkan untuk mengadakan revolusi.
Rupanya terdapat unsur Islam yang
kuat dalam proses agitasi meskipun ada pertikaian antara SI dan PKI. H.
Mischbah di Jawa Tengah dan H. Datuk Batuah di Sumatera Barat mencoba
menggabungkan dua ajaran dan berakibat pemberontakan dua daerah yang kuat
Islamnya yaitu di Banten pad atahun 1926 dan Minangkabau awal tahun 1927.
3) PKI sebagai Partai Terlarang
3) PKI sebagai Partai Terlarang
PKI tidak berhasil dalam proses
perebutan kekuasaan. Oleh karena itu, pemerintah melakukan penindasan secara
besar-besaran.
Dapat disebutkan di sini bahwa ada
sekitar 13.000 orang yang ditangkap pemerintah 4.500 orang diantaranya dihukum,
dan 1.300 orang dibuang ke Digul. PKI dinyatakan sebagai partai terlarang
tetapi secara ilegal mereka melakukan kegiatan politiknya. Pemimpin PKI di luar
Indonesia mendirikan Partai Republik Indonesia (PARI). Semaun, Darsono, dan
Alimin meneruskan propaganda untuk mendukung aksi revolusioner di Indonesia.
TAMAN SISWA
TAMAN SISWA
1) Latar
Belakang Berdirinya Taman Siswa
Pada tahun 1922 lahirlah Perguruan
Taman Siswa yang dipimpin oleh Suwardi Suryaningrat, seorang kerabat Istana
Pakualam. Ia adalah salah satu seorang dari “Tiga Serangkai” bersama Douwes
Dekker dan dr. Tjipto Mangunkusumo yang memainkan peranan penting dalam perkara
Comite Boemi Putra pada tahun 1913. Oleh karena itu, ia menuliskan karangan
“Als ik een Nederlans was”. Sebuah karangan yang mengeritik secara tajam
pemerintahan kolonial.
Berbeda dengan Budi Utomo, Taman
Siswa yang lahir empat belas tahun kemudian merupakan organisasi yang bertujuan
mengembangkan edukasi dan kultural, yang direalisasikan dengan baik. Berdirinya
sekolah-sekolah di lingkungan Taman Siswa adalah bukti dari edukasi nasional
dan pengembangan kebudayaan nasional adalah kreasi Taman Siswa.Satu hal yang
menarik dari Taman Siswa adalah pelaksanaannya demokrasi dan kepemimpinan.
2) Perkembangan Taman Siswa
2) Perkembangan Taman Siswa
Taman Siswa mengetahui dengan jelas
bahwa pendidikan nasional merupakan alat untuk membuat persemaian golongan
nasionalisme. Melalui pendidikan yang berjenjang di lingkungan Taman Siswa itu
dihasilkan elit kultural yang akan berperan besar dalam pergerakan nasional.
Pemerintah kolonial berusaha
mencegahnya dengan mengeluarkan Undang-undang Sekolah Liar (Wilde Scholen
Ordonantie) pada tahun 1932. Namun, karena Taman Siswa mempunyai prinsip
pengembangan pendidikan swasta berarti undang-undang itu mempunyai prinsip
pengembangan pendidikan swasta pada umumnya. Karena Taman Siswa memperjuangkan
penghapusannya dan ternyata pemerintah mencabutnya pada tahun 1933. Taman Siswa
dan Ki Hajar Dewantara berdiri di pusat pergerakan nasional Indonesia karena
situasi pergerakan nasional pada waktu itu sedang menghadapi kesulitan, artinya
periode itu merupakan periode pasif karena “dinonaktifkannya” para pemimpin
pergerakan oleh pemerintah. Dalam situasi semacam itu Taman Siswa muncul dalam
bentuk perjuangan lembaga tandingan.
Bagi elit baru pembentukan counter
institution merupakan suatu keharusan, karena tanpa membentuk lembaga tandingan
niscaya pemerintah tidak mau memberikan hak-hak kepada orang Indonesia dengan
tulus ikhlas. Taman Siswa telah mulai membentuk lembaga pendidikan nasional
yang dominan
PARTAI NASIONAL INDONESIA
Tahun Berdiri : 1927
Tokoh
Pelopor/Pendiri : Ir. Soekarno, Dr. ciptomangunkusumo, Ir.
Anwar, Sartono
Sartono SH, Budiarto SH, Dr. Samsi.
Bentuk Organisasi :
Politik
Tujuan Organisasi :
Menggalang kesatuan
aksi melawan Imperealisme atau Penjajah.
Strategi Organisasi :
- Membentuk Badan Koordinasi (PPPKI
- Ir. Soekarno mengajukan pidato pembelaan “Indonesia
menggugat”.
Sikap Terhadap Hindia-Belanda : Non Kooperatif
1) Latar Belakang Berdirinya PNI
Lahirnya
PNI dilatarbelakangi oleh situasi sosio-politik yang kompleks dan mau tidak mau
organisasi ini harus dapat menyesuaikan diri dengan orientasi baru.
Pemberontakan PKI tahun 1926 membangkitkan semangat baru untuk menyusun
kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah. Mereka berkesimpulan bahwa
penggunaan kekerasan tidak akan membawa hasil, seperti PKI yang akhirnya
dibubarkan dan pemimpinnya dibuang ke Boven Digul.
Setelah kegagalan pemberontakan PKI,
Sujadi wakil Perhimpunan Indonesia di Indonesia dengan cepat memberitahu kepada
Moh. Hatta. Bersama-sama dengan Iskaq dan Budiarto, ia bergerak membentuk
partai baru sesuai dengan rencana PI. Pada awal tahun 1927 terbentuk partai
baru yaitu PNI (Partai Nasional Indonesia) yang didirikan oleh Ir. Soekarno
sebagai wakil dari kelompok-kelompok nasionalis Indonesia.
Moh. Hatta tetap menekankan peran
pendidikan pada PNI, karena melalui pendidikan itulah rakyat disiapkan untuk
mencapai kemerdekaan secara pelan-pelan. Pada tanggal 4 Juli 1927 kelompok
nasionalis mengadakan pertemuan di Bandung. Pertemuan ini bertujuan untuk
mendukung berdirinya Perserikatan Nasional Indonesia (PNI). Tujuan PNI adalah
untuk mencapai Indonesia Merdeka, sedangkan tiga asasnya yakni berdiri di atas
kaki sendiri, non kooperasi, dan Marhaenisme.
2) Perkembangan PNI
PNI berkembang dengan pesat.
Terlebih lagi disertai dengan propaganda-propaganda yang bertema antara lain :
karakter yang buruk dari penjajah, konflik pengusaha dengan petani, front sawo
matang, melawan front putih, menghilangkan ketergantungan dan menegakkan kemandirian,
dan perlu pembentukan negara dalam negara.
Dewan Rakyat (15 Mei 1928) memandang
perlu memberi peringatan kepada pemimpin PNI. Akan tetapi, para pemimpin PNI
tidak menghiraukan peringatan itu. Pada bulan Juli 1929, pemerintah memberikan
peringatan kedua dan pada akhir tahun 1929 tersiar kabar yang bersifat
provokasi, bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan pada awal tahun 1930. Pada
tanggal 24 Desember 1929, Ir. Soekarno ditangkap sepulang dari menghadiri
Kongres PPKI di Surabaya (pada waktu itu, ia masih ada di Yogyakarta). Perkara
Ir. Soekarno dan kawan-kawannya baru sembilan bulan kemudian diajukan ke
Pengadilan Landraad Bandung.
Pada tanggal 22 Desember 1930 hakim
memberi hukuman Ir. Soekarno 4 tahun penjara, Gatot Mangkupraja 2 tahun, Maksud
1 tahun 8 bulan dan Supriadinata 1 tahun 3 bulan.Pengadilan menjatuhkan hukuman
kepada pemimpin PNI berdasarkan pasal 153 dan 169 KUHP.
3) Pembubaran PNI
Hukuman terhadap pimpinan PNI juga
mengandung pengertian bahwa barang siapa yang melakukan tindakan, seperti para
pemimpin PNI dapat dituduh melakukan kejahatan dan dapat dihukum, sehingga
anggota-anggota yang meneruskan jejak dan langkah-langkah PNI ada dalam bahaya.
Oleh karena itu , atas pertimbangan-pertimbangan untuk keselamatannya maka
pengurus besar PNI memutuskan pembubaran PNI (1931).
Sartono segera menyelenggarakan
kongres luar biasa untuk membahas pembubaran PNI dan membahas pendirian partai
baru. Partai baru itu adalah partai sekuler dan non-kooperatif. Partai itu
bernama Partai Indonesia atau Partindo dan Sartono dipercaya sebagia pemimpin
partai. Partindo tidak dapat menyamai masa kejayaan PNI, ia lebih menekankan
swadaya, kooperasi, dan swadesi. Swadesi buan hanya salah satu cara untuk
menyokong industri dalam negeri, tetapi juga merupaan upaya mengembalikan
semagnat kebangsaan.
Partindo aktif menyelenggarakan
pertemuan-pertemuan untuk mendukung tercapainya kooperasi dan untuk mendukung
swadesi bagi seluruh rakyat serta mencari dukungan di lingkungan buruh.
Pemimpin Partindo masih menantikan pembebasan Ir. Soekarno, karena ia dianggap
mampu membangkitkan daya juang dan emosi yang dibutuhkan untuk memperkuat
militansi anggotanya, pada tahun 1937 anggotanya hanya berjumlah 3.000 orang
dan sangat sedikit jika dibandingkan dengan anggota PNI yang berjumlah 10.000
orang pada tahun 1929.
Moh.
Hatta akhirnya membentuk partai baru, yakni Pendidikan Nasional Indonesia atau
PNI Pendidikan.
PARTAI POLITIK INDONESIA ( PARTINDO )
Tahun Berdiri : 1931
Tokoh
Pelopor/Pendiri :
Ir. Soekarno, Sartono SH
Bentuk Organisasi :
Politik
Tujuan Organisasi :
Indonesia Merdeka
Strategi
Organisasi : a. Perluasan hak-hak politik dan penteguhan
keinginan
menuju suatu pemerintah rakyat
berdasarkan demokrasi.
b. Perbaikan
perhubungan-perhubungan dalam masyarakat.
c. Perbaikan
keadaan ekonomi rakyat Indonesia.
Sikap
Terhadap Hindia-Belanda : Non Kooperatif
1) Latar Belakang Berdirinya Partindo
Adanya permohonan naik banding yang
diumumkan oleh Dewan Hakim tanggal 17 April 1931 berarti PNI membubarkan diri
walaupun pemerintah secara tidak langsung menyatakan bahwa PNI sebagai partai
terlarang dan membubarkannya tetapi jelas bahwa ia akan menghadapi kesulitan
bagi eksistensinya. Pada tanggal 1 Mei 1931 diumumkan pendirian Partindo
merupakan kelanjutan dari PNI yang telah dibubarkan dan Sartono mengharapkan
agar anggota PNI masuk kembali dalam Partindo.
2) Tujuan Partindo
2) Tujuan Partindo
Tujuan Partindo adalah untuk
mencapai satu Negara Republik Indonesia Merdeka dan kemerdekaan akan tercapai
jika ada persatuan seluruh bangsa Indonesia.
Partindo menyelenggarakan kongresnya
pada tanggal 15 – 17 Mei 1932 di Jakarta. Ir. Soekarno belum menjadi anggota
partai, tetapi dia memberikan pidato singkat di dalam kongres dan muncul
slogan-slogan seperti “Indonesia Merdeka Sekarang”, “Imperialisme”, “Menentang
Kebangsaan”, “Asas-asas Partai Indonesi Menentukan Nasib Sendiri”, “Persatuan
Indonesia, dan Kerakyatan Kebangsaan”.
3) Perkembangan Partindo
Setelah Ir. Soekarno masuk partai
Partindo, ia kemudian menjadi Ketua Cabang Bandung. Pada waktu ia memimpin
cabang Bandung, anggotanya baru mencapai 226 orang (Agustus 1932), tetapi pada
bulan Juni 1933 anggotanya telah mencapai 3.762 orang.
Pada kongres Partindo bulan Juli
1933, Ir. Soekarno memperjelas konsep Marhaenisme. Pada dasarnya Marhaenisme
menolak analisa kelas dari PNI Pendidikan dan lebih menyukai perjuangan membela
rakyat kecil serta menekankan kebahagiaan, kesejahteraan, dan keadilan sosial
untuk Marhaen atau rakyat kecil yang berjumlah hampir 95 persen.
Pada tahun 1933 dikeluarkan larangan
bagi pegawai negeri untuk menjadi anggota Partindo. Hak bersidang makin dipersempit,
maka atas tindakan pemerintah itu Partindo hanya dapat membela diri melalui
tulisannya dalam surat kabar. Dalam sebuah tulisan Sartono menyampaikan :
“.......... selama pena kita masih
berpucuk, kita akan tetap mendengungkan suara kita dan akan menentang segala
hasutan yang ditujukan kepada pergerakan kemerdekaan nasional. Kita harus
mempersatukan jiwanya maupun kekuatannya”
4) Berakhirnya Partindo
Partindo yang akan mnyelenggarakan
kongresnya tanggal 30 – 31 Desember 1934, dengan cepat dilarang pemerintah.
Untuk mengendorkan tekanan dari pemerintah terhadap Partindo organisasi itu
keluar dari PPKI, tetapi ternyata pemerintah masih bertindak keras. Dari dalam
sendiri, Partindo merasa terpukul dengan keluarnya Ir. Soekarno (Oktober 1933).
Namun Partindo berjalan terus sampai sampai tidak dapat bergerak. Partindo
membubarkan diri pada tanggal 18 November 1936.
PENDIDIKAN
NASIONALINDONESIA ( PNI PENDIDIKAN )
1) Latar Belakang Berdirinya PNI Pendidikan
Dasar lahirnya PNI Pendidikan adalah
usaha untuk menghilangkan ketidakpuasan atas pembubaran PNI dan menghimpun diri
dalam kelompok golongan merdeka di kota-kota besar di Jawa dan Sumatera.
Kelompok ini menyebut dirinya klub pendidikan nasional yang menekankan pada
pembinaan anggota-anggotanya yang terdidik baik dalam kesadaran politik tinggi.
Ketika diadakan konferensi di
Yogyakarta kpada tangal 15 – 27 Agustus 1932 dibawah pimpinan Sukemi
dibentuklah partai baru yaitu PNI Pendidikan pada bulan Agustus 1932, Moh Hatta
pulang ke tanah air setelah menyelesaikan pendidikannya di Negeri Belanda.
2) Perkembangan PNI Pendidikan
2) Perkembangan PNI Pendidikan
Ketika Moh. Hatta memegang pimpinan
PNI Pendidikan jumlah anggotanya meningkat terutama di Jawa Barat dan Jawa
Timur.
Orang sering menyebut Partindo
adalah partinya Soekarno dan PNI Pendidikan adalah partainya Hata dan Syahrir.
Pada tahun 1934 Partindo, PNI
Pendidikan, PSII mendapat puulan berat dari pemerintah.
3) Penangkapan dan Pembuangan Pemimpin PNI Pendidikan
3) Penangkapan dan Pembuangan Pemimpin PNI Pendidikan
Ir. Soekarno sebagai pemimpin
Partindo telah dibuang ke Flores yang disusul dengan pembuangan pemimpin PNI
Pendidikan Moh. Hatta dan Sutan Syahrir.
Menghadapi tindakan pemerintah, Moh.
Hatta menolak untuk membubarkan PNI Pendidikan. Walaupun demikian, pemimpin PNI
Pendidikan terus bergerak dna melakukan konsolidasi kedua partai. Namun
tokoh-tokoh partai itupun ditindak juga.
Akhirnya
gerakan pemurnian berhasil menahan Moh. Hatta dan Sutan Syahrir. Namun Gobee,
penasehat urusan Bumi Putera menyatakan tidak setuju terhadap penahanan kedua
pemimpin itu, sebab ia khawatir kalau organisasi yang dipegang oleh pemimpin
yang radikal akan dapat membahayakan pemerintah. Sebaliknya, Jaksa Agung
menindak setiap pemimpin yang melakukan kegiatan politik. PNI Pendidikan
dilarang dan pemimpinnya Moh. Hatta dan Sutan Syahrir masih ada yaitu Maskun,
Burhanuddin, Bondan, dan Murwoto dibuang ke Boven Digul. Jonge mengakui bahwa
penahanan itu dimaksudkan agar Hindia Belanda terhindar dari infeksi kaum
nasionalis revolusioner sehingga tercipta ketenangan.
GERAKAN WANITA
GERAKAN WANITA
Raden Ajeng (RA) Kartini, pelopor
gerakan emansipasi, menyerukan agar wanita Indonesia diberikan karena mereka
juga memikul tugas suci. Buah pikiran Kartini untuk memajukan wanita Indonesia
tertuang dalam kumpulan surat-suratnya “Habis gelap terbitlah terang”.
Surat-surat itu ditulis sekitar tahun 1899 yang berisikan kehidupan keluarga
adat istiadat, keterbelakangan wanita, cita-cita terhadap kebahagiaan
bangsanya, dan lain-lain.
Kunci gerakan emansipasi yang
dipelopori oleh Kartini adalah idealismenya yang tinggi dan suci pada
bangsanya. Kaum wanita, selain mendapat pelajaran untuk mengasah intelegensi,
tetapi juga untuk membangun sopan santun dan kesusilaan. Jadi, kunci kemajuan
Indonesia adalah kombinasi pendidikan Barat dan kebudayaan Timur.
1) Latar Belakang Munculnya Gerakan Wanita
1) Latar Belakang Munculnya Gerakan Wanita
Pada mulanya pergerakan wanita masih
merupakan usaha dari beberapa orang perempuan dan belum dibentuk dalam suatu
perkumpulan. Perkumpulan wanita yang didirikan sebelum tahun 1920 pada dasarnya
masih terbatas sifat dan tujuannya, yaitu menuju perbaikan kecakapan sebagai
ibu rumah tangga. Tujuan yang sifatnya sosial kemasyarakatan kebangsaan belum
dikemukakan.
Perkumpulan wanita yang didirikan
sebelum tahun 1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas bantuan Budi
Utomo di Jakarta (1912). Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran
terhadap anak-anak perempuan dengan memberikan penerangan dan bantuan dana,
mempertinggi sikap yang merdeka dan tegak dan melenyapkan tindakan malu-malu
yang melampaui batas. Perkumpulan Keutamaan Istri didirikan pada tahun 1913 di
Tasikmalaya, lalu pada tahun 1916 di Sumedang, 1916 di Cianjur, 1917 di Ciamis
dan tahun 1918 di Cicurug. Pengajar yang terkemuka dari Perkumpulan Kautamaan
Istri di tanah Pasundan adalah Raden Dewi Sartika. Sekolah Kartini juga
didirikan di Jakarta tahun 1913, lalu berturut-turut di Madiun tahun 1914,
Malang dan Cirebon tahun 1916, di Pekalongan tahun 1917, di Indramayu,
Surabaya, dan Rembang tahun 1918. Di Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan
perkumpulan wanita yang bersifat agama Islam dengan nama Sopa Tresna, yang
kemudian pada tahun 1914 menjadi bagian wanita dari Muhammadiyah dengan nama
Aisyah.
2) Perkembangan Gerakan Wanita
2) Perkembangan Gerakan Wanita
Pada tahun 1920 mulai muncul
perkumpulan wanita yang bersifat kegiatan sosial dan kemasyarakatan yang lebih
luas daripada perkumpulan wanita sebelumnya. Di Minahasa didirikan De
Gorontalosche Mohammedaansche Vrouwen Vereeninging, sedang di Yogyakarta
didirikan perkumpulan Wanito Utomo yang mulai memasukkan perempuan ke dalam
kegiatan dasar pekerjaan ke arah perbaikan kedudukan perempuan pada umumnya.
Kongres Perempuan Indonesia yang pertama di Yogyakarta (1928).
3) Kongres Perempuan Indonesia I
3) Kongres Perempuan Indonesia I
Kongres Perempuan Indonesia dihadiri
oleh berbagai wakil-wakil organisasi wanita. Diantaranya adalah Ny. Sukanto
(Wanito Utomo), Nyi Hajar Dewantara (Taman Siswa bagian wanita), dan Nona
Suyatin (Pemuda Indonesia bagian keputrian). Perkumpulan yang mengikuti kongres
antara lain Wanito Utomo, Putri Indonesia, Wanita Katolik, Wanita Mulya,
Muhammadiyah dan SI bagian wanita, Jong Islameiten Bond dan Jong Java bagian
wanita, dan Wanita Taman Siswa.
Tujuan kongres adalah untuk
mempersatukan cita-cita dan usaha untuk memajukan wanita Indonesia serta
mengadakan gabungan atau perikatan di antara perkumpulan wanita tersebut.
Tujuan perkumpulan antara lain
memberikan penerangan dan perantaraan kepada perkumpulan yang menjadi
anggotanya, memberikan “dana belajar” kepada anak perempuan yang pandai,
mengadakan kursus kesehatan, menentang perkawinan anak-anak, dan memajukan kepanduan
bagi anak-anak perempuan.
Dalam kongres pada tanggal 28-31
Desember 1929 di Jakarta, nama Perikatan Perempuan Indonesia diubah menjadi
Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPII). Tujuannya lebih jelas dan
memperlihatkan sifat federasi dari badan tersebut. Kemudian perserikatan
membantu dana belajar yang bernama Sri Derma serta misinya yang diajukan kepada
pemerintah untuk melarang pergundikan.
Dalam Kongres PPII di Surabaya pada
tahun 1930, ditetapkan bahwa asas perkumpulan itu yaitu : kebangsaan,
persamaan, penghargaan hal di antara laki-laki dan perempuan, kesosialan.
Dalam Kongres PPII di Solo tahun
1931 yang dipimpin oleh Ny. Mustajab, semangat kebangsaan menjelma di dalam
usaha untuk mengadakan fusi di antara perkumpulan anggota PPII yang bersamaan
asas.
Dalam Kongres PPII yang keempat di
Yogyakarta pada tahun 1932 yang dipimpin oleh Ny. Suwandi, enam perkumpulan
anggota PPII telah mengadakan fusi dengan nama Istri Indonesia yang diketuai
oleh Ny. Sh. Suparta.
Pada tanggal 22 Maret 1929 di Bandung
berdiri Perkumpulan Istri Sedar yang dipimpin oleh Nona Suwarni Jayaseputra
(kemudian Ny. Suwarni Pringgodigdo). Perkumpulan Istri Sedar berasal dari para
anggota Puteri Indonesia, yaitu organisasi wanita bagian dari Pemuda Indonesia
yang tidak menyetujui fusi Pemuda Indonesia ke Perkumpulan Indonesia Muda.
Tujuan perkumpulan itu adalah menuju kesadaran wanita Indonesia dan derajat
hidup Indonesia, melepaskan dan menyempurnakan Indonesia Merdeka. Perkumpulan
itu bersifat netral terhadap agama serta terbuka baik bagi wanita terpelajar
maupun wanita dari rakyat biasa, mesikpun ditetapkan juga bahwa sebagai
organisasi, tidak akan terjun secara langsung ke dalam lapangan politik.
Pada bulan Januari 1931, perkumpulan
itu mengutus Nona Sunaryati Sukemi dan Ny. Rukmini Santoso untuk menghadiri
Kongres Perempuan se-Asia di Lahore. Untuk pertama kalinya pergerakan Wanita
Indonesia dapat berhubungan dengan Pergerakan Wanita Internasional.
Comments
Post a Comment
komen sangat di harapkan boss.