manajemen pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Ilmu
manajemen sebetulnya sama usianya dengan kehidupan manusia, mengapa demikian
karena pada dasarnya manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak bisa terlepas
dari prinsip-prinsip manajemen, baik langsung maupun tidak langsung. Baik di
sadarai ataupun tidak disadari. Ilmu manajemen ilmiah timbul pada sekitar awal
abad ke 20 di benua Eropa barat dan Amerika. Dimana di negara-negara tersebut
sedang dilanda revolusi yang dikenal dengan nama revolusi industri. Yaitu perubahan-berubahan
dalam pengelolaan produksi yang efektif dan efisien. Hal ini dikarenakan
masyarakat sudah semakin maju dan kebutuhan manusia sudah semakin banyak dan
beragama sejenisnya.
Sekarang
timbul suatu pertanyaan “siapa sajakah yang sebenarnya memakai manajemen “
apakah hanya digunakan di perusahaan saja atau apakah di pemerintahan saja.
Manajemen diperlukan dalam segala bidang. Bentuk dan organisasi serta tipe
kegiatan. Dimana orang-orang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan.
Pendidikan
merupakan sebuah proses dan sekaligus sistem yang bermuara dan berujung pada
pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan diyakini sebagai
yang ideal.Dalam tata kehidupan yang berkembang semakin rumit, proses dan
sistem pendidikan sukar berjalan dengan mulus, karena akan terantuk dengan
persoalan demi persoalan yang siap menghadang lajunya proses pencapaian tujuan
pendidikan.
Rangkaian
kejadian-kejadian di sekitar, yang bersifat lokal sampai yang bersifat global
yang merefleksikan kualitas manusia di bawah standar ideal, merupakan bukti
ketidakmulusan proses dan sistem pendidikan. Bahkan persoalan-persoalan yang
selalu timbul menjadi bom waktu yang setiap saat siap meledak dan menghancurkan
sistem pendidikan kapan saja. Oleh karena itu manusia perlu mempelajari ilmu
kehidupan salah satunya adalah ilmu manajemen agar manusia mampu merencanakan,mengorganisasikan
,mengarahkan,dan mengendalikan kegiatan untuk mencapai tujuan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian
di atas ,maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1
Apa yang di maksud manajemen
pendidikan dan apa saja bagian bagiannya.
2
Bagaimana hal pkok dan komponen
dalam menyelenggarakan manajemen pendidikan
3
Bagaimana keberhasilan dan
kegiatan dalam menyelenggarakan manajemen pendidikan.
C.
Tujuan
Adapun tujuan
penyusun membuat makalah ini adalah
untuk mencapai beberapa tujuan antara lain dapat di kemukakan sebagai berikut:
1.
Agar dapat mengetahui apa yang di
maksud manajemen pendidikan dan apa saja bagian bagiannya.
2.
Agar dapat memahami bagaimana hal
pkok dan komponen dalam menyelenggarakan manajemen pendidikan.
3.
Agar dapat mengerti Bagaimana
keberhasilan dan kegiatan dalam menyelenggarakan manajemen pendidikan.
4.
Untuk memenuhi tugas Perkuliahan
D.
Metode Penyusunan
Metode Penyusunan yang digunakan dalam penulisan makalah
ini yaitu :
1. Studi Kepustakaan
Yaitu pengumpulan data dengan jalan membaca, mengkaji dan mempelajari
buku-buku, dokumen-dokumen laporan dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan berkaitan dengan apa yang di Bahas.
2. Bahan – bahan tambahan yang
didapatkan melalui Intenet.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan Makalah ini di bagi menjadi 4
bab, sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN, Pada bab ini yang merupakan
pendahuluan, terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan Makalah,
metode penyusunan dan sistematika penulisan.
BAB II : LANDASAN TEORI, Pada bab ini diuraikan
sekilas mengenai pengertian /definisi dari materi yang akan di bahas dalam
makalah ini Sebagai landasannya.
BAB III : PEMBAHASAN, Pada bab ini menguraikan
mengenai permasalahan yang akan di kaji dalam penyusunan makalah ini yaitu
permasalahan Manajemen pendidikan .
BAB IV : PENUTUP, Pada bab penutup ini berisikan
tentang kesimpulan dan saran dari penyusunan makalah kami mengenai Manajemen
Pendidikan .
BAB II
LANDASAN TEORI
Kata
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno ménagement, yang memiliki arti seni
melaksanakan dan mengatur. Manajemen belum memiliki definisi yang mapan dan
diterima secara universal. Oleh karena itu sebelum membahas lebih rinci
mengenai manajemen ada baiknya kita ketahui terlebih dahulu apa itu Manajemen.
A.
Pengertian
Manajemen
1.
Manajemen
Mendefinisikan
manajemen ada berbagai ragam, ada yang mengartikan dengan ketatalaksanaan,
manajemen pengurusan dan lain sebagainya. Pengertian manajemen dapat dilihat
dari tiga pengertian.
a)
Manajemen
sebagai suatu proses
Manajemen
sebagai suatu proses,Pengertian manajemen sebagai suatu proses dapat dilihat
dari pengertian menurut :
1) Encylopedia
of the social science, yaitu suatu proses dimana pelaksanaan suatu tujuan tertentu
dilaksanakan dan diawasi.
2) Haiman,
manajemen yaitu fungsi untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang lain,
mengawasi usaha-usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan
3) Georgy
R. Terry, yaitu cara pencapaian tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu
dengan melalui kegiatan orang lain.
b)
Manajemen
sebagai suatu kolektivitas manusia
Manajemen sebagai kolektivitas yaitu
merupakan suatu kumpulan dari orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai
suatu tujuan bersama. Kolektivitas atau kumpulan orang-orang inilah yang
disebut dengan manajemen, sedang orang yang bertanggung jawab terhadap
terlaksananya suatu tujuan atau berjalannya aktivitas manajemen disebut
Manajer.
c)
Manajemen
sebagai ilmu ( science ) dan sebagai seni
Manajemen
sebagai suatu ilmu dan seni, melihat bagaimana aktivitas manajemen dihubungkan
dengan prinsip-prinsip dari manajemen. Pengertian manajemen sebagai suatu ilmu
dan seni dari :
1) Chaster
I Bernard dalam bukunya yang berjudul The
function of the executive, bahwa manajemen yaitu seni dan ilmu, juga Henry
Fayol, Alfin Brown Harold, Koontz Cyril O’donnel dan Geroge R. Terry.
2) Marry
Parker Follett menyatakan bahwa manajemen sebagai
seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Dari
devinisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manajemen yaitu koordinasi
semua sumber daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penetapan
tenaga kerja, pengarahan dan pengawasan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.
2.
Unsur
unsur manajemen
unsur
manajemen adalah sesuatu yang menjadi bagian mutlak sebagai pembentuk manajemen
dan sesuai dengan pengertian manajemen yaitu suatu kegiatan usaha kearah
pencapaian tujuan tertentu dengan melalui kerja sama orang lain serta denga
pemanfaatan sumber-sumber lain yang tersedia
maka
unsur-unsur manajemen meliputi :
a. Manusia
(pelaksana yang handal dan terampil)
b. Money
(ketersediaan dana)
c. Mesin
(perlengkapan mesin-mesin sebagai alat bekerja,apabila diperlukan)
d. Metode
(cara)
e. Material
(sarana dan prasarana)
f. Market
(pemasaran, pemasyarakatan dan pembudayaan)
3.
Fungsi-fungsi
Manajemen
Pada
hakekatnya fungsi-fungsi di atas dapat dikombinasikan menjadi 10 fungsi yaitu :
a. Forecasting
(ramalan) yaitu kegiatan meramalkan, memproyeksikan terhadap kemungkinan yang
akan terjadi bila sesuatu dikerjakan.
b. Planning
(perencanaan) yaitu penentuan serangkaian tindakan dan kegiatan untuk mencapai
hasil yang diharapkan.
c. Organizing
(organisasi) yaitu pengelompokan kegiatan untuk mencapai tujuan, temasuk dalam
hal ini penetapan susunan organisasi, tugas dan fungsinya.
d. Staffing
atau Assembling Resources (penyusunan personalia) yaitu penyusunan personalia
sejak dari penarikan tenaga kerja baru. latihan dan pengembangan sampai dengan
usaha agar setiap petugas memberi daya guna maksimal pada organisasi.
e. Directing
atau Commanding (pengarah atau mengkomando) yaitu usaha memberi bimbingan
saran-saran dan perintah dalam pelaksanaan tugas masing-masing bawahan
(delegasi wewenang) untuk dilaksanakan dengan baik dan benar sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
f. Leading
yaitu pekerjaan manajer untuk meminta orang lain agar bertindak sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan.
g. Coordinating
(koordinasi) yaitu menyelaraskan tugas atau pekerjaan agar tidak terjadi
kekacauan dan saling melempar tanggung jawab dengan jalan menghubungkan,
menyatu-padukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan.
h. Motivating
(motivasi) yaitu pemberian semangat, inspirasi dan dorongan kepada bawahan agar
mengerjakan kegiatan yang telah ditetapkan secara sukarela.
i.
Controlling
(pengawasan) yaitu penemuan dan penerapan cara dan peralatan untuk menjamin
bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan tujuan.
j.
Reporting (pelaporan)
yaitu penyampaian hasil kegiatan baik secara tertulis maupun lisan.
4.
Pentingnya
Manajamen
Manajemen
sangat penting dan harus ada untuk semua gerakan keberhasilan suatu organisasi
dalam mencapai tujuanya.Manajemen menentukan nasib suatu organisasi di masa
yang akan datang.Manajemen menjadi fungsi perencanaan ,pengorganisasian,aktualisasi
dan kontrol secara menyeluruh pada semua area kerja suatu
organisasi.Jadi,berhasil tidaknya suatu organisasi sangat tergantung pada
manajemen yang diterapkanya.Yakinlah ,bahwa apa pun bentuk, jenis dan
karakteristik organisasi memerlukan manajemen yang baik untuk dapat mencapai
tujuan dengan maksimal.
Sangat
banyak alasan mengapa manajemen sangat diperlukan dalam suatu organisasi atau
kelompok kerja manusia dalam usaha mencapai tujuanya,antara lain:
a. Manajemen
merupakan suatu kekuatan yang mempunyai fungsi sebagai alat pemersatu
,penggerak ,dan pengkoordinir faktor alam ,tenaga dan modal.Lebih tepatnya
manajemen menjadi fungsi perencanaan,pengorganisasian,aktualisasi dan kontrol
yang efisien,efektif dan kompetitif.
b. Manajemen
merupakan suatu sistem kerja yang rasional dalam pencapaian tujuan organisasi.Sistem
kerja berarti adanya komponen – komponen aktif dalam manajemen organisasi yang
telah ditentukan tugas,hak dan kewajibanya yang terangkum dalam suatu sistem
kerja yang saling berkaitan satu sama lain dengan tujuan yang sama untuk
mencapai hasil maksimal dan dapat dipertanggungjawabkan .Rasional yakni tujuan
yang hendak dicapai adalah sangat mungkin untuk diwujudkan manakala semua
prosedur dijalankan dengan baik.
c. Manajemen
mempunyai prinsip – prinsip kebenaran universal .Menjunjung tinggi nilai –
nilai hakiki dalam proses aktualisasinya.
d. Manajemen
merupakan suatu kemampuan /keahlian manusia untuk mengurus suatu kegiatan
sehingga dapat mendeteksi ,menyesuikan,serta menghadapi kemungkinan –
kemungkinan yang akan terjadi.
e. Manajemen yang “apik”akan menentukan nasib
suatu organisasi pada kedudukan yang lebih tinggi dan dihargai,karena merupakan
faktor produksi langka yang terus mengalami perkembangan dan diperlukan dalam
siklus hidup organisasi.
f. Manajemen
merupakan suatu profesi untuk menangani dengan tepat kegiatan suatu usaha atau
organisasi.Adanya kekayaan pribadi dan perusahaan,baik swasta maupun
pemerintah,membutuhkan pengamanan yang baik untuk kelangsungan hidup.
Jadi,manajemen sangat penting dalam memecahkan
masalah – masalah organisasi melalui mekanisme sistem yang dapat dipergunakan.
5.
Inti
Manajemen
inti
manajemen menurut para ahli adalah sebagai Berikuya
a. dimork
dan koening (1960) “leadership is the key
to management (kepemimpinan adalah inti dari manajemen)
b. siagian
(1981) mengemukakan ” kepemimpinan
merupakan motor penggerak dari semua sumber-sember dan alat-alat (resoures)yang
mendisahkan sebuah buah -buahan yang dikulitnya diumpamakan dengan admnistrasi,
dagingnya diumpamakan dengan manajemen dan bijinya adalah kepemimpinan maksudnya
sama halnya dengan manajemen maka yang pertama tama disoroti adalah kulitnya
bagian luar “administrasi ” kemudian intinya yaitu manajemen selanjutnya
bertemu denga inti dari manajemen disebut denga kepemimpinan (leadership) maka
baik tidaknya buah itu nantisangat bergantung pada kwalitas bijinyakaitannya
dengan manajemen baik tidaknya manajemen bergantung pada baik tidaknya
kepemimpinan.
B.
Pengertian Pendidikan
Pendidikan diambil dari
kata dasar didik, yang ditambah
imbuhan menjadi mendidik. Mendidik berarti memlihara atau memberi latihan
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
1.
Menurut para ahli mengenai Pendidikan
a. Ki Hajar Dewantara, Pendidikan
adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani anak,
agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak yang
selaras dengan alam dan masyarakatnya.
b. Ahmad D. Marimba, Pendidikan
adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani
dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
c. Insan Kamil, Pendidikan
adalah usaha sadar yang sistematis dalam mengembangkan seluruh potensi yang ada
dalam diri manusia untuk menjadi manusia yang seutuhnya.
d. Ivan Illc, Pendidikan
adalah pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang
hidup.
e. mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan latihan. Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha manusia untuk
memanusiakan manusia itu sendiri.
C.
Pengertian Manajemen Pendidikan
Menurut
Suryosubroto (2004:27) terdapat beberapa uraian yang akan lebih memperjelas
maksud dari manajemen pendidikan, sebelum kita mengerucut pada definisi
manajemen pendidikan. Uraian-uraian tersebut adalah:
1. Manajemen
pendidikan merupakan bentuk kerjasama personel pendidikan untuk mencapai tujuan
pendidikan. Tujuan umum yang akan dicapai dalam kerjasama itu adalah
pembentukan kepribadian murid sesuai dengan tujuan pendidikan nasional dan
tingkat perkembangannya pada usia pendidikan.
2. Manajemen
pendidikan merupakan suatu proses yang merupakan daur (siklus) penyelenggara
pendidikan dimulai dari perencanaan, diikuti oleh pengorganisasian, pengarahan,
pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai
tujuannya.
3. Manajemen
pendidikan merupakan usaha untuk melakukan pengelolaan sistem pendidikan.
4. Manajemen
pendidikan merupakan kegiatan memimpin, mengambil keputusan serta berkomunikasi
dalam organisasi sekolah sebagai usaha untuk mencapai tujuan pendidikan.
Berdasarkan
uraian-uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
manajemen pendidikan adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan
dan mengendalikan semua sumber personil dan materil dalam dunia pendidikan guna
tercapainya tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.
Adapun
yang menjadi ruang lingkup dari manajemen pendidikan sebagaimana yang
dikemukakan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas (1999) dalam
buku Panduan Manajemen Sekolah, yang didalamnya mengetengahkan bidang-bidang
kegiatan manajemen pendidikan, adalah meliputi:
1.
Manajemen kurikulum
2.
Manajemen personalia
3.
Manajemen kesiswaan
4.
Manajemen keuangan
5.
Manajemen perawatan preventif sarana dan prasarana sekolah.
BAB III
PEMBAHASAN
Tujuan pendidikan sebagaimana tertuang
pada UU Nomor 2 tahun 1989 pasal 4, antara lain dirumuskan : "Pendidikan
nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan
mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan".
Berawal dari
kata manajemen yang secara luas artinya kepengurusan atau penyusunan seatu
kegiatan tang mempunyai proses dan prosedur.manajemen pendidikan berarti suatu
penyusunan atau kepengurusan melalaui proses,prosedur demi mencapai tujuan dari
pendidikan tersebut.
A.
Hal
pokok manajemen pendidikan
Sebagaimana pada manajemen secara umum, manajemen
pendidikan meliputi empat hal pokok, yaitu :
1.
perencanaan
pendidikan
Perencanaan pendidikan dimaksudkan untuk
mempersiapkan semua komponen pendidikan, agar dapat terlaksana proses belajar
mengajar yang baik dalam penyelenggaraan pendidikan.
2.
pengorganisasian
pendidikan
Pengorganisasian pendidikan ditujukan
untuk menghimpun semua potensi komponen pendidikan dalam suatu organisasi yang
sinergis untuk dapat menyelenggarakan pendidikan dengan sebaik-baiknya
3.
penggiatan
pendidikan
Penggiatan pendidikan merupakan
pelaksanaan dari penyelenggaraan pendidikan yang telah direncanakan dan
dilaksanakan oleh organisasi penyelenggara pendidikan dengan memparhatikan
rambu-rambu yang telah ditetapkan dalam perencanaan.
4.
pengendalian
atau pengawasan pendidikan.
Sedangkan pengendalian pendidikan
dimaksudkan untuk menjaga agar penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan sesuai
yang direncanakan dan semua komponen pendidikan digerakkan secara sinergis
dalam proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Semua hal pokok
tersebut ditujukan untuk menghasilkan keluaran secara optimal seperti yang
telah ditetapkan dalam perencanaan pendidikan.
B.
Komponen
Manajemen Pendidikan
Secara umum terdapat sepuluh komponen
utama pendidikan, yang mana kesepuluh komponen tersebut yaitu:
1. peserta
didik
2. tenaga
pendidik
3. tenaga
kependidikan
4. paket
instrusi pendidikan
5. metode
pengajaran (dalam proses belajar mengajar)
6. kurikulum
pendidikan
7. alat
instruksi & alat penolong instruksi
8. fasilitas
pendidikan
9. anggaran
pendidikan, dan
10. evaluasi
pendidikan.
Oleh karena itu, manajemen pendidikan
dalam perkembangannya memerlukan
apa
yang dikenal dengan Good Management Practice untuk pengelolaannya. Tetapi pada
prakteknya, Good management practice dalam pendidikan masih merupakan suatu hal
yang elusif. Banyak penyelenggara pendidikan yang beranggapan bahwa manajemen
pendidikan bukanlah suatu hal yang penting, karena kesalahan persepsi yang
menganggap bahwa domain manajemen adalah bisnis.
C.
Keberhasilan
Good management Practice dalam pendidikan
Setidaknya ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan terkait dengan keberhasilan Good Management Practice dalam
pendidikan, beberapa hal tersebut teringkas dalam item-item sebagai berikut :
1. Sasaran
Pendidikan: Aspek afektif
Salah satu isu utama keberhasilan
pendidikan adalah sejauh mana tingkat afektifitas yang dimiliki oleh anak
didik. Apakah anak didik akan menjadi lebih saleh, lebih berbudi pekerti,
memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Hal itulah yang
seharusnya menjadi tantangan yang harus dijawab oleh pendidikan. Fenomena yang
ada berupa maraknya tawuran, konsumsi narkoba dan jual beli ujian di sekolah
membuktikan bahwa sasaran afektif masih terabaikan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Baik dalam pendidikan yang berbasis agama maupun tidak. Perilaku
dan sikap anak di berbagai lembaga pendidikan berbasis agama tidaklah berbeda
signifikan dengan mereka yang bersekolah di sekolah non agama. Padahal aspek
afektifitas inilah yang seharusnya menjadi nilai jual lebih lembaga pendidikan berbasis
agama dibandingkan lembaga pendidikan berbasis non agama.
Fenomena tersebut muncul karena sekolah
hanya menanamkan nilai-nilai skolastik secara teoritis saja, tanpa disertai
dengan praktek langsung terhadap nilai-nilai tersebut. Dalam hal ini sasaran
afektif yang ingin dicapai tidak dijabarkan secara nyata dalam kehidupan para
anak didik. Sehingga Banyak institusi pendidikan berbasis agama berhasil
menempatkan anak didiknya dalam posisi terhomat dari segi skolastik, namun, di
balik sukses ini justru terjadi kegagalan besar dalam membentuk anak sebagai manusia
seutuhnya yang mempunyai kepedulian besar terhadap orang lain, masyarakat sekitar
dan isu-isu sosial yang berkembang dalam masyarakat.
2. Manajemen
Guru
Guru sebagai salah satu sumber daya
terpenting pendidikan, sampai saat ini masih merupakan sumber daya yang
undermanaged atau bahkan mismanaged. Pimpinan pendidikan pada umumnya masih
melihat guru sebagai faktor produksi saja. Padahal manajemen guru, adalah suatu
hal yang bisa dikatakan sangat penting untuk keberhasilan suatu pendidikan.
Manajemen guru harus diatur mulai dari proses seleksi dan rekrutmen guru,
proses pengembangan kemampuan guru sebagai tenaga pengajar sampai pada proses
motivasi guru agar dapat mempunyai komitmen tinggi.
Parahnya guru diperlakukan dapat kita
ketahui di berbagai media masa. Mulai dari gaji yang tidak cukup untuk hidup
layak sampai tidak adanya jaminan kesehatan apalagi jaminan hari tua. Tidak
sedikit guru yang kemudian bekerja sambilan sebagai tukang ojek. Tidaklah juga
mengherankan kalau ada di antara mereka yang melakukan tindakan tidak terpuji
seperti menjual soal ujian dan sebagainya. Pihak penyelenggara pendidikan lebih
mementingkan surplus sekolah ketimbang meningkatkan kesejahteraan guru. Padahal
pendidikan dan keberhasilan pendidikan mencapai sasaran amat ditentukan oleh
guru.
3. Peningkatan
Pengawasan
Dalam manajemen pendidikan, fungsi
pengawasan sepertinya menempati posisi terlemah. Hal ini bisa kita lihat pada
misalnya hampir tidak adanya upaya untuk menganalisis mengapa NEM terus merosot
dari tahun ke tahun atau mengapa jumlah siswa merosot padahal biaya pendidikan
sudah relatif murah. Selama ini, kegiatan pengawasan hanya difokuskan kepada
presensi guru dan murid. Walaupun hal itu penting, namun lebih banyak aspek
pendidikan yang berkaitan dengan pencapaian sasaran yang masih luput dari
pengawasan.
4. Manajer
Pendidikan
Keberhasilan manajemen pendidikan tidak
bisa dilepaskan dari peran serta manajer/pengelola pendidikan. Selama ini yang
kita lihat adalah peranan ganda yangdijalankan oleh komponen pendidikan. Guru
merangkap sebagai karyawan, dan bahkan guru menempati posisi sebagai kepala
institusi pendidikan itu sendiri. Efisiensi biaya sering dijadikan alasan
penerapan sistem tersebut. Padahal urusan manajemen sangat berbeda dengan
urusan belajar-mengajar. Seharusnya manajer pendidikan dipegang oleh orang yang
benar-benar ahli dalam manajemen dan tidak berperan sebagai guru pengajar. Hal
ini selain karena faktor professionalisme juga agar masing-masingkomponen lebih
fokus pada bidang yang mereka garap.
Fenomena yang terjadi selama ini adalah
promosi seorang guru yang baikmenjadi manajer pendidikan tanpa melewati
persiapan memadai seperti penyelenggaraan pelatihan dan penyiapan manajer
sekolah. Tidaklah heran, banyak guru baik yang lalu menjadi manajer pendidikan
yang gagal, karena ia menempati tingkatan inkompetensinya dalam bidang
manajerial. Hal ini dibiarkan berlarut-larut, tanpa adanya tindakan dari
institusi pendidikan untuk secara serius mencari danmemposisikan seorang
manajer sebagai manajer pendidikan di institusi tersebut.
Kerberhasilan penyelenggaraan pendidikan
ditentukan oleh tersedianya manajer pendidikan yang handal. Isu ini menjadi
lebih relevan mengingat persaingan dalam setiap jenjang dunia pendidikan kita
makin intens. Tanpa manajemen dan manajer handal, akan banyak lembaga
pendidikan yang gulung tikar karena tidak berhasil memuaskan para stakeholders.
5. Partisipasi
Manajer Bisnis
Dalam membenahi manajemen pendidikan, tidak
ada salahnya bagi penyelenggara pendidikan untuk memanfaatkan keterampilan
menajerial para manajer bisnis. Fakta di manca negara membuktikan keefektifan
pendekatan ini. Karena fungsi manajemen bersifat universal dan keterampilan
manajemen dapat ditransfer dari satu bidang ke bidang lain, maka jalan pintas
yang dapat diambil yaitu, sambil menyiapkan manajer pendidikan, memanfaatkan
tenaga manajer bisnis yang tersedia untuk mengelola pendidikan.
Kita dapat mengambil pelajaran dari
pengalaman berbagai sekolah bisnis di Amerika Serikat yang merekrut para
manajer bisnis yang ternyata berhasil meningkatkan kinerja sekolah bisnis
tersebut. Hal ini selayaknya diuji cobakan pada institusi-institusi pendidikan
di tanah air, untuk mencapai kemajuan manajemen pendidikan.
6. Aliansi
Antarsekolah
Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk
memajukan institusi pendidikan adalah melakukan aliansi antar institusi
pendidikan. Melalui koordinasi asosiasi lembaga pendidikan (seperti MDPK/MPPK),
suatu lembaga pendidikan dapat belajar dari good management practice lembaga
pendidikan lain. Begitu juga melalui proses benchmarking, suatu lembaga dapat
belajar dari pengalaman lembaga lain.
7. Kebijakan
Pemerintah
Selain faktor-faktor internal lembaga
pendidikan, faktor eksternal berupa keterlibatan pemerintah dalam pendidikan
juga sedikit banyak mempengaruhi manajemen pendidikan di negara tersebut.
Misalnya pada manajemen pendidikan sentralistis. Penerapan manajemen pendidikan
sentralistis sebagai kebijakan pemerintah ternyata menjadikan proses
demokratisasi dan desentralisasi penyelenggaraan pendidikan terutama di daerah,
menjadi kurang terdorong dan nilainilai lokal tempat institusi pendidikan
kurang terakomodasi dalam pelaksanaanpendidikan.
D.
Bidang
Bidang kegiatan manajemen pendidikan
Di
bawah ini beberapa pandangan dari para ahli tentang bidang - bidang kegiatan
yang menjadi wilayah garapan manajemen pendidikan.
1.
Ngalim
Purwanto (1986)
mengelompokkannya
ke dalam tiga bidang garapan yaitu :
a. Administrasi
material, yaitu kegiatan yang menyangkut bidang-bidang materi/ benda-benda,
seperti ketatausahaan sekolah, administrasi keuangan, gedung dan alat-alat
perlengkapan sekolah dan lain-lain.
b. Administrasi
personal, mencakup di dalamnya administrasi personal guru dan pegawai sekolah,
juga administrasi murid. Dalam hal ini masalah kepemimpinan dan supervisi atau
kepengawasan memegang peranan yang sangat penting.
c. Administrasi
kurikulum, seperti tugas mengajar guru-guru, penyusunan sylabus atau rencana
pengajaran tahunan, persiapan harian dan mingguan dan sebagainya.
2.
M.
Rifa’i (1980) bahwa bidang-bidang administrasi
pendidikan terdiri dari:
a. Bidang
kependidikan atau bidang edukatif, yang menyangkut kurikulum, metode dan cara
mengajar, evaluasi dan sebagainya.
b. Bidang
personil, yang mencakup unsur-unsur manusia yang belajar, yang mengajar, dan
personil lain yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar.
c. Bidang
alat dan keuangan, sebagai alat-alat pembantu untuk melancarkan siatuasi
belajar mengajar dan untuk mencapai tujuan pendidikan sebaik-baiknya.
3.
Thomas
J. Sergiovani sebagimana dikutip oleh Uhar
Suharsaputra (2002) mengemukakan delapan bidang administrasi pendidikan,
mencakup :
a. instruction
and curriculum development
b. pupil
personnel
c. community
school leadership
d. staff
personnel
e. school
plant
f. school
trasportation
g. organization
and structure dan
h. School
finance and business management.
4.
Direktorat
Pendidikan Menengah Umum Depdiknas (1999)
Di
lain pihak, Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas (1999) telah
menerbitkan buku Panduan Manajemen Sekolah, yang didalamnya mengetengahkan
bidang-bidang kegiatan manajemen pendidikan, meliputi:
a. manajemen
kurikulum;
b. manajemen
personalia;
c. manajemen
kesiswaan;
d. manajemen
keuangan;
e. manajemen
perawatan preventif sarana dan prasarana sekolah.
Dari
beberapa pendapat di atas, agaknya yang perlu digarisbawahi yaitu mengenai
bidang administrasi pendidikan yang dikemukakan oleh Thomas J. Sergiovani. Dalam
konteks pendidikan di Indonesia saat ini, pandangan Thomas J. Sergiovani
kiranya belum sepenuhnya dapat dilaksanakan, terutama dalam bidang school
transportation dan business management. Dengan alasan tertentu, kebijakan umum
pendidikan nasional belum dapat menjangkau ke arah sana. Kendati demikian,
dalam kerangka peningkatkan mutu pendidikan, ke depannya pemikiran ini sangat
menarik untuk diterapkan menjadi kebijakan pendidikan di Indonesia.
E.
Bidang
Bidang Kegiatan Pendidikan di sekolah
Merujuk
kepada kebijakan Direktorat Pendidikan Menengah Umum Depdiknas dalam buku
Panduan Manajemen Sekolah, berikut ini akan diuraikan secara ringkas tentang
bidang-bidang kegiatan pendidikan di sekolah, yang mencakup :
1.
Manajemen
kurikulum
Manajemen
kurikulum merupakan subtansi manajemen yang utama di sekolah. Prinsip dasar
manajemen kurikulum ini adalah berusaha agar proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik, dengan tolok ukur pencapaian tujuan oleh siswa dan mendorong guru
untuk menyusun dan terus menerus menyempurnakan strategi pembelajarannya.
Tahapan manajemen kurikulum di sekolah dilakukan melalui empat tahap :
a. Perencanaan;
b. Pengorganisasian
dan koordinasi;
c. Pelaksanaan;
dan
d. Pengendalian.
Dalam
konteks Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Tita Lestari (2006)
mengemukakan tentang siklus manajemen kurikulum yang terdiri dari empat tahap :
a. Tahap
perencanaan; meliputi langkah-langkah sebagai :
1) analisis kebutuhan;
2) merumuskan
dan menjawab pertanyaan filosofis;
3) menentukan
disain kurikulum; dan
4) membuat
rencana induk (master plan): pengembangan, pelaksanaan, dan penilaian.
b. Tahap
pengembangan; meliputi langkah-langkah :
1) perumusan
rasional atau dasar pemikiran;
2) perumusan
visi, misi, dan tujuan;
3) penentuan
struktur dan isi program;
4) pemilihan
dan pengorganisasian materi;
5) pengorganisasian
kegiatan pembelajaran;
6) pemilihan
sumber, alat, dan sarana belajar; dan
7) penentuan
cara mengukur hasil belajar.
c. Tahap
implementasi atau pelaksanaan; meliputi langkah-langkah:
1) penyusunan
rencana dan program pembelajaran (Silabus, RPP: Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran);
2) penjabaran
materi (kedalaman dan keluasan);
3) penentuan
strategi dan metode pembelajaran;
4) penyediaan
sumber, alat, dan sarana pembelajaran;
5) penentuan
cara dan alat penilaian proses dan hasil belajar; dan
6) setting
lingkungan pembelajaran
d. Tahap
penilaian; terutama dilakukan untuk melihat sejauhmana kekuatan dan kelemahan
dari kurikulum yang dikembangkan, baik bentuk penilaian formatif maupun
sumatif. Penilailain kurikulum dapat mencakup Konteks, input, proses, produk
(CIPP) :
1) Penilaian
konteks: memfokuskan pada pendekatan sistem dan tujuan, kondisi aktual,
masalah-masalah dan peluang.
2) Penilaian
Input: memfokuskan pada kemampuan sistem, strategi pencapaian tujuan,
implementasi design dan cost benefit dari rancangan.
3) Penilaian
proses memiliki fokus yaitu pada penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan
dalam melaksanakan program.
4) Penilaian
product berfokus pada mengukur pencapaian proses dan pada akhir program
(identik dengan evaluasi sumatif)
2.
Manajemen
Kesiswaan
Dalam
manajemen kesiswaan terdapat empat prinsip dasar, yaitu :
a. Siswa
harus diperlakukan sebagai subyek dan bukan obyek, sehingga harus didorong
untuk berperan serta dalam setiap perencanaan dan pengambilan keputusan yang terkait
dengan kegiatan mereka;
b. Kondisi
siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik, kemampuan intelektual,
sosial ekonomi, minat dan seterusnya. Oleh karena itu diperlukan wahana
kegiatan yang beragam, sehingga setiap siswa memiliki wahana untuk berkembang
secara optimal;
c. Siswa
hanya termotivasi belajar, jika mereka menyenangi apa yang diajarkan; dan
d. Pengembangan
potensi siswa tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi juga ranah afektif,
dan psikomotor.
3.
Manajemen
personalia
Terdapat
empat prinsip dasar manajemen personalia yaitu :
a. Dalam
mengembangkan sekolah, sumber daya manusia adalah komponen paling berharga;
b. Sumber
daya manusia akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik, sehingga
mendukung tujuan institusional;
c. Kultur
dan suasana organisasi di sekolah, serta perilaku manajerial sekolah sangat
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan sekolah; dan
d. Manajemen
personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar setiap warga dapat
bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai tujuan sekolah.
Disamping
faktor ketersediaan sumber daya manusia, hal yang amat penting dalam manajamen
personalia adalah berkenaan penguasaan kompetensi dari para personil di
sekolah. Oleh karena itu, upaya pengembangan kompetensi dari setiap personil
sekolah menjadi mutlak diperlukan.
4.
Manajemen
keuangan
Manajemen
keuangan di sekolah terutama berkenaan dengan kiat sekolah dalam menggali dana,
kiat sekolah dalam mengelola dana, pengelolaan keuangan dikaitkan dengan
program tahunan sekolah, cara mengadministrasikan dana sekolah, dan cara
melakukan pengawasan, pengendalian serta pemeriksaan.
Inti
dari manajemen keuangan adalah pencapaian efisiensi dan efektivitas. Oleh
karena itu, disamping mengupayakan ketersediaan dana yang memadai untuk
kebutuhan pembangunan maupun kegiatan rutin operasional di sekolah, juga perlu
diperhatikan faktor akuntabilitas dan transparansi setiap penggunaan keuangan
baik yang bersumber pemerintah, masyarakat dan sumber-sumber lainnya.
5.
Manajemen
perawatan preventif sarana dan prasana sekolah
Manajemen
perawatan preventif sarana dan prasana sekolah merupakan tindakan yang
dilakukan secara periodik dan terencana untuk merawat fasilitas fisik, seperti
gedung, mebeler, dan peralatan sekolah lainnya, dengan tujuan untuk
meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan dan
menetapkan biaya efektif perawatan sarana dan pra sarana sekolah.
Dalam
manajemen ini perlu dibuat program perawatan preventif di sekolah dengan cara
pembentukan tim pelaksana, membuat daftar sarana dan pra saran, menyiapkan
jadwal kegiatan perawatan, menyiapkan lembar evaluasi untuk menilai hasil kerja
perawatan pada masing-masing bagian dan memberikan penghargaan bagi mereka yang
berhasil meningkatkan kinerja peralatan sekolah dalam rangka meningkatkan
kesadaran merawat sarana dan prasarana sekolah.
Sedangkan
untuk pelaksanaannya dilakukan : pengarahan kepada tim pelaksana, mengupayakan
pemantauan bulanan ke lokasi tempat sarana dan prasarana, menyebarluaskan
informasi tentang program perawatan preventif untuk seluruh warga sekolah, dan
membuat program lomba perawatan terhadap sarana dan fasilitas sekolah untuk
memotivasi warga sekolah.
6.
Manajemen
Kinerja Guru
Dalam
perspektif manajemen, agar kinerja guru dapat selalu ditingkatkan dan mencapai
standar tertentu, maka dibutuhkan suatu manajemen kinerja (performance
management). Dengan mengacu pada pemikiran Robert Bacal (2001) dalam bukunya
Performance Management di bawah ini akan dibicarakan tentang manajemen kinerja
guru.
Robert
Bacal mengemukakan bahwa manajemen kinerja, sebagai : sebuah proses komunikasi
yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan
penyelia langsungnya. Proses ini meliputi kegiatan membangun harapan yang jelas
serta pemahaman mengenai pekerjaan yang akan dilakukan. Ini merupakan sebuah
sistem. Artinya, ia memiliki sejumlah bagian yang semuanya harus diikut
sertakan, kalau sistem manajemen kinerja ini hendak memberikan nilai tambah
bagi organisasi, manajer dan karyawan.
Dari ungkapan di atas, maka manajemen kinerja
guru terutama berkaitan erat dengan tugas kepala sekolah untuk selalu melakukan
komunikasi yang berkesinambungan, melalui jalinan kemitraan dengan seluruh guru
di sekolahnya. Dalam mengembangkan manajemen kinerja guru, didalamnya harus
dapat membangun harapan yang jelas serta pemahaman tentang :
a. Fungsi
kerja esensial yang diharapkan dari para guru.
b. Seberapa
besar kontribusi pekerjaan guru bagi pencapaian tujuan pendidikan di
sekolah.melakukan pekerjaan dengan baik”
c. Bagaimana
guru dan kepala sekolah bekerja sama untuk mempertahankan, memperbaiki, maupun
mengembangkan kinerja guru yang sudah ada sekarang.
d. Bagaimana
prestasi kerja akan diukur.
e. Mengenali
berbagai hambatan kinerja dan berupaya menyingkirkannya.
Selanjutnya,
Robert
Bacal mengemukakan pula bahwa dalam manajemen kinerja
diantaranya meliputi :
a.
perencanaan
kinerja
Perencanaan
kinerja merupakan suatu proses di mana guru dan kepala sekolah bekerja sama
merencanakan apa yang harus dikerjakan guru pada tahun mendatang, menentukan
bagaimana kinerja harus diukur, mengenali dan merencanakan cara mengatasi
kendala, serta mencapai pemahaman bersama tentang pekerjaan itu.
b.
komunikasi
kinerja yang berkesinambungan
Komunikasi
yang berkesinambungan merupakan proses di mana kepala sekolah dan guru bekerja
sama untuk saling berbagi informasi mengenai perkembangan kerja, hambatan dan
permasalahan yang mungkin timbul, solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi
berbagai masalah, dan bagaimana kepala sekolah dapat membantu guru. Arti pentingnya
terletak pada kemampuannya mengidentifikasi dan menanggulangi kesulitan atau
persoalan sebelum itu menjadi besar.
c.
evaluasi
kinerja.
Evaluasi kinerja
adalah salah satu bagian dari manajemen kinerja, yang merupakan proses di mana
kinerja perseorangan dinilai dan dievaluasi. Ini dipakai untuk menjawab
pertanyaan, “ Seberapa baikkah kinerja seorang guru pada suatu periode tertentu
?”. Metode apapun yang dipergunakan untuk menilai kinerja, penting sekali bagi
kita untuk menghindari dua perangkap.
a. Pertama,
tidak mengasumsikan masalah kinerja terjadi secara terpisah satu sama lain,
atau “selalu salahnya guru”.
b. Kedua,
tiada satu pun taksiran yang dapat memberikan gambaran keseluruhan tentang apa
yang terjadi dan mengapa. Penilaian kinerja hanyalah sebuah titik awal bagi
diskusi serta diagnosis lebih lanjut.
Sementara
itu, Karen Seeker dan Joe B. Wilson (2000) memberikan gambaran tentang proses
manajemen kinerja dengan apa yang disebut dengan siklus manajemen
kinerja, yang terdiri dari tiga fase yakni :
1.
Perencanaan
Perencanaan
merupakan fase pendefinisian dan pembahasan peran, tanggung jawab, dan
ekpektasi yang terukur.
2.
pembinaan,
Perencanaan
tadi membawa pada fase pembinaan,– di mana guru dibimbing dan dikembangkan –
mendorong atau mengarahkan upaya mereka melalui dukungan, umpan balik, dan
penghargaan.
3.
evaluasi.
Kemudian
dalam fase evaluasi, kinerja guru dikaji dan dibandingkan dengan ekspektasi
yang telah ditetapkan dalam rencana kinerja. Rencana terus dikembangkan, siklus
terus berulang, dan guru, kepala sekolah, dan staf administrasi , serta
organisasi terus belajar dan tumbuh.
Setiap
fase didasarkan pada masukan dari fase sebelumnya dan menghasilkan keluaran,
yang pada gilirannya, menjadi masukan fase berikutnya lagi. Semua dari ketiga
fase Siklus Manajemen Kinerja sama pentingnya bagi mutu proses dan ketiganya
harus diperlakukan secara berurut. Perencanaan harus dilakukan pertama kali,
kemudian diikuti Pembinaan, dan akhirnya Evaluasi.
Dengan
tidak bermaksud mengesampingkan arti penting perencanaan kinerja dan pembinaan
atau komunikasi kinerja. Di bawah ini akan dipaparkan tentang evaluasi kinerja
guru. Bahwa agar kinerja guru dapat ditingkatkan dan memberikan sumbangan yang
siginifikan terhadap kinerja sekolah secara keseluruhan maka perlu dilakukan
evaluasi terhadap kinerja guru. Dalam hal ini, Ronald T.C. Boyd (2002)
mengemukakan bahwa evaluasi kinerja guru didesain untuk melayani dua tujuan, yaitu
:
1. Untuk
mengukur kompetensi guru dan
2. Mendukung
pengembangan profesional.
Sistem
evaluasi kinerja guru hendaknya memberikan manfaat sebagai umpan balik untuk
memenuhi berbagai kebutuhan di kelas (classroom needs), dan dapat memberikan
peluang bagi pengembangan teknik-teknik baru dalam pengajaran, serta
mendapatkan konseling dari kepala sekolah, pengawas pendidkan atau guru lainnya
untuk membuat berbagai perubahan di dalam kelas.
Untuk
mencapai tujuan tersebut, seorang evaluator (baca: kepala sekolah atau pengawas
sekolah) terlebih dahulu harus menyusun prosedur spesifik dan menetapkan
standar evaluasi. Penetapan standar hendaknya dikaitkan dengan :
1. Keterampilan-keterampilan
dalam mengajar;
2. Bersifat
seobyektif mungkin;
3. Komunikasi
secara jelas dengan guru sebelum penilaian dilaksanakan dan ditinjau ulang
setelah selesai dievaluasi, dan
4. Dikaitkan
dengan pengembangan profesional guru.
Para
evaluator hendaknya mempertimbangkan aspek keragaman keterampilan pengajaran
yang dimiliki guru. dan menggunakan berbagai sumber informasi tentang kinerja
guru, sehingga dapat memberikan penilaian secara lebih akurat. Beberapa
prosedur evaluasi kinerja guru yang dapat digunakan oleh evaluator, diantaranya
:
1. Mengobservasi
kegiatan kelas (observe classroom activities). Ini merupakan bentuk umum untuk
mengumpulkan data dalam menilai kinerja guru. Tujuan observasi kelas adalah
untuk memperoleh gambaran secara representatif tentang kinerja guru di dalam
kelas. Kendati demikian, untuk memperoleh tujuan ini, evaluator dalam
menentukan hasil evaluasi tidak cukup dengan waktu yang relatif sedikit atau
hanya satu kelas. Oleh karena itu observasi dapat dilaksanakan secara formal
dan direncanakan atau secara informal dan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu
sehingga dapat diperoleh informasi yang bernilai (valuable)
2. Meninjau
kembali rencana pengajaran dan catatan – catatan dalam kelas. Rencana
pengajaran dapat merefleksikan sejauh mana guru dapat memahami tujuan-tujuan
pengajaran. Peninjauan catatan-cataan dalam kelas, seperti hasil test dan
tugas-tugas merupakan indikator sejauhmana guru dapat mengkaitkan antara
perencanaan pengajaran , proses pengajaran dan testing (evaluasi).
3. Memperluas
jumlah orang-orang yang terlibat dalam evaluasi. Jika tujuan evaluasi untuk
meningkatkan pertumbuhan kinerja guru maka kegiatan evaluasi sebaiknya dapat
melibatkan berbagai pihak sebagai evaluator, seperti : siswa, rekan sejawat,
dan tenaga administrasi. Bahkan self evaluation akan memberikan perspektif
tentang kinerjanya. Namun jika untuk kepentingan pengujian kompetensi, pada
umumnya yang bertindak sebagai evaluator adalah kepala sekolah dan pengawas.
Setiap
hasil evaluasi seyogyanya dilaporkan. Konferensi pasca-observasi dapat
memberikan umpan balik kepada guru tentang kekuatan dan kelemahannya.Dalam hal
ini, beberapa hal yang harus diperhatikan oleh evaluator :
1. Penyampaian
umpan balik dilakukan secara positif dan bijak;
2. Penyampaian
gagasan dan mendorong untuk terjadinya perubahan pada guru;
3. Menjaga
derajat formalitas sesuai dengan keperluan untuk mencapai tujuan-tujuan
evaluasi;
4. Menjaga
keseimbangan antara pujian dan kritik;
5. Memberikan
umpan balik yang bermanfaat secara secukupnya dan tidak berlebihan.
F.
Pemimpin
terhadap penyelenggaraan manajemen pendidikan
Semua
fungsi manajemen diaplikasikan dalam program penyelenggaraan pendidikan di
sekolah.yang mana dalam hal ini pemimpinlah yang bertanggung jawab dan
memimpinnya jalanya pendidikan yang mana dalam hal ini pemimpin mempunyai
peranan:
1.
Wewenang
Pemimpin
Kekuasaan
yang dibebankan kepada diri seseorang pemimpin sesuai dengan objek dalam
kepemimpinannya.
2.
Hak
Pemimpin
Pemimpin
formal mempunyai hak-hak yang perlu disahkan atas ketentuan hukum yang berlaku
antara lain:
a. Hak
memperoleh SK dari jabatan yang berwenang
b. Hak
memperoleh jaminan atas jabatan
c. Hak
mendapat imbalan atas dasar tugas dan tanggung jawab
d. Hak
melakukan tugas kepemimpinan kepada bawahan
3.
Kewajiban
Pemimpin
Pemimpin
adalah jabatan dan jabatan adalah kepercayaan kewajiban pemimpin adalah
mempertahankan kepercayaan untuk melaksanakan tugas yang dibebankan dan
kepercayaan itu perlu dipertanggung jawabkan kepada diri sendiri, masyarakat,
dan bangsa serta kepada Allah SWT.
4.
Tanggung
Jawab Pemimpin
Tanggung
jawab adalah keberanian menanggung resiko yang terjadi akibat perbuatan dan
tindakan yang dikerjakan, bawahan sebenarnya hanya membantu pelaksanaan tugas
dan tanggung jawab seorang pemimpin. Dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah maju mundurnya pendidikan merupakan tanggung jawab pimpinan sekolah
sama halnya seperti dalam keluarga, kepala keluarga bertanggung jawab atas
anggota keluarganya dalammelaksanakan kehidupan berumah tangga.
Tujuh hal mendasar yang
perlu dikuasai Untuk kepemimpinan mutu
1.
Filosofi Organisasi
Mengapa
organisasi yang dipimpinnya ini ada dan untuk apa ? Jawaban ter-hadap
pertanyaan yang sangat mendasar ini perlu dikuasai secara baik oleh semua orang
yang memegang tampuk kepemimpinan dari suatu organisasi. Tanpa menguasai
jawabannya secara baik diragukan apakah mereka akan mampu mengarahkan
orang-orang lain dalam organisasi itu ke tujuan yang seharusnya.
2.
V
i s i
Akan
menjadi organisasi yang bagaimanakah organisasi itu di masa depan ? Orang-orang
yang memegang kepemimpinan perlu memiliki pandangan jauh ke depan tentang
organi-sasinya; mereka ingin mengembangkan organisasinya itu menjadi organisasi
yang bagaimana, yang mampu berfungsi apa dan bagaimana, yang mampu memproduksi
benda dan jasa apa dan yang bagaimana, serta untuk dapat disajikan kepada siapa
? Visi ini seharusnya berjangka panjang, misalnya 10 tahun atau 25 tahun ke
dapan, agar dapat memfasilitasi usaha-usaha perbaikan mutu kinerja yang
berkelanjutan.
3.
M
i s i
Mengapa
kita ada dalam organisasi ini ? Apa tugas yang harus kita lakukan ? Jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan ini berkaitan dengan visi tersebut di atas.
Bagaimana visi itu akan dapat diwujudkan ? Tugas-tugas pokok apakah yang harus
dilakukan oleh organisasi agar visi atau kondisi masa depan organisasi tadi
dapat diwujudkan. Rumusan tentang misi organisasi ini juga seharusnya dapat
dikuasai dengan baik dan jelas oleh orang-orang yang memegang kepemimpinan agar
mereka dapat memberi arahan yang benar dan jelas kepada orang-orang lain.
4.
Nilai-nilai
(values)
Prinsip-prinsip
apa yang diyakini sebagai kebenaran yang berfungsi sebagai pedoman dalam
menjalankan tugas organisasi, dan ingin agar orang lain dalam organisasi juga
mengadopsi prinsip-prinsip tersebut. Misalnya mutu, fokus pada pelanggan,
disiplin, kepelayanan adalah nilai-nilai yang seharusnya dianut oleh
orang-orang yang memegang kepemimpinan MMT.
5.
Kebijakan (policy)
Ialah
rumusan-rumusan yang akan disampaikan kepada orang-orang dalam organisasi
sebagai arahan agar mereka mengetahui apa yang harus dilakukan dalam
menyediakan pelayanan dan barang kepada para pelanggan. Orang-orang yang
memegang kepemim-pinan harus mampu merumuskan kebijakan-kebijakan semacam itu
agar orang-orang dapat menyajikan mutu seperti yang diinginkan oleh organisasi.
6.
Tujuan-tujuan Organisasi
Ialah
hal-hal yang perlu dicapai oleh organisasi dalam jangka panjang dan jangka
pendek agar memungkinkan orang-orang dalam organisasi memenuhi misinya dan
mewujudkan visi mereka. Tujuan-tujuan organisasi itu perlu dirumuskan secara
kongkrit dan jelas.
7.
Metodologi
Adalah
rumusan tentang cara-cara yang dipilih secara garis besar dalam bertindak
menuju pewujudan visi dan pencapaian tujuan-tujuan organisasi. Metodologi ini
terbatas pada garis-garis besar yang perlu dilakukan dan bukan detil-detil
teknik kerja.
Ketujuh
hal yang sangat mendasar itu perlu dikuasai dan dalam implementasi MMT hal itu
akan dituangkan dalam merumuskan rencana strategis untuk mutu. Tanpa kemampuan
merumuskan ketujuh hal itu secara spesifik dan mengkomunikasikannya kepada
orang-orang dalam organisasi, sulit bagi orang-orang itu untuk mewujudkan mutu
seperti yang diinginkan.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manajemen
pendidikan merupakan suatu proses yang merupakan daur (siklus) penyelenggara
pendidikan dimulai dari perencanaan, diikuti oleh pengorganisasian, pengarahan,
pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian tentang usaha sekolah untuk mencapai
tujuannya.
Dari
penulisan makalah di atas dengan melihat latar belakang dan pembahasan masalah,
maka dapat diambil kesipulan sebagai berikut:
Bahwa
tujuannya antara lain adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyaraat
yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan, memperkya khanazah ilmu pengetahuan, teknologi, kesenian, serta
mengupayakan penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional.
Budaya
organisasi di lembaga pendidikan adalah pemaknaan bersama seluruh anggota
organisasi di suatu lembaga pendidikan yang berkaitan dengan nilai, keyakinan,
tradisi dan cara berpikir unik yang dianutnya dan tampak dalam perilaku mereka,
sehingga membedakan antara lembaga pendidikan dengan lembaga pendidikan
lainnya.
Perekat
organisasi pendidikan adalah kepercayaan pimpinan kepada bawahan,
keakraban/kebersamaan, dan kejujuran dan tanggung jawab.
Kepemimpinan
sangat berpengaruh dalam proses penyelenggaraan pendidikan di sekolah, agar pengaruh
yang timbul dapat meningkatkan kinerja personil secara optimal. Maka pemimpin
harus memiliki wawasan dan kemampuan dalam melaksanakan gaya kepemimpinan.
Kemampuan pemimpin dalam memerankan gaya kepemimpinan yang bertumpu kepada
partisipasi aktif semua personil sekolah akan memunculkan keberhasilan seorang
pemimpin. Pemimpin harus memiliki pemahaman tentang konsep sistem (berpikir
secara sistematik) dalam memahami suatu sekolah sebagai suatu kesatuan yang
utuh.
Konsentrasi pemimpin terhadap kinerja personil
pada akhirnya sasaran yang hendak dicapai adalah peningkatan prestasi sekolah
pada umumnya dapat tercapai adalah peningkatan prestasi sekolah pada umumnya
dapat tercapai dan pada khususnya menghasilkan tamatan yang berkualitas.
B.
Saran
Pada dasarnya manajemen
pendidikan sangat diperlukan oleh semua pihak yang terkait dengan pendidikan.
Tetapi dalam penerapannya ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan. Ada
banyak tantangan dan problematika yang harus ditangani demi terlaksananya
manajemen pendidikan. Tantangan tersebut tidak akan bisa diatasi jika hanya
ditangani oleh individu sebagai elemen pendidikan, tetapi semua pihak harus bekerja
sama bahu membahu untuk menghadapi sekaligus menyelesaikan problematika tersebut
agar cita-cita pendidikan bisa direalisasikan sebagaimana yang telah direncanakan
sebelumnya.
Untuk
meningkatkan kinerja personil sekolah sebaiknya kunjungan antar sekolah sering
dilakukan untuk melihat kemajuan dan perkembangan yang telah dicapai di sekolah
masing-masing,dan Sebaiknya kesejahteraan lahir dan batin mendapat prioritas
dalam melaksanakan tugas pemimpin.
DAFTAR PUSTAKA
Fatah, Nanang. 2001. Landasan
Manajemen Pendidikan. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Burhanuddin,
Analisis Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan, (Malang : Bumi Aksara,
1994).
Sabroto.Definisi Pendidikan dan manajemen pendidikan.Http://Sabroto.blogspot.com.Di
unduh
tanggal 03 November 2011,Samarinda.
Andi Sain.pikiran rakyat.Http://Pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0405/1102.html.Di
unduh
tanggal
03 November 2011.samarinda
november 2011.Samarinda.
Sib Bangkok.manajemen Pendidikan.http://www.sib-bangkok.org.Di unduh Tanggal 03
november 2011.Samarinda.
Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen
Pendidikan Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta.
manajemen –dan- pendidikan.Di unduh tanggal 03 November 2011,Samarinda.
Comments
Post a Comment
komen sangat di harapkan boss.