ANALISA STRUKTUR SOSIAL MASYARAKAT 2
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Masyarakat
indonesia adalah masyarakat yang beraneka ragam suku, ras, kebudayaan, dan
agama. Yang mana, masyarakat indonesia
adalah masyarakat yang berpegang teguh kepada pancasila dan di persatukan oleh
semboyan Bheneka Tunggal Ika juga masyarakat yang berketuhanan yang maha esa.
Stratifikasi dalam masyarakat indonesia bisa kita tinjau dari segi horisontal
dan vertikal yang mana horisontal bisa di dasarkan melalui suku bangsa , agama,
adat istiadat, dan kederahaan, sedangkan vertikal bisa kita liat berdasarkan
bidang atau segi pendidikan, ekonomi, status sosial, jumlah gaji, dan umur.
Jumlah
keseluruhan kepala keluarga yang mendiami RT 009 adalah 82 Kepala keluarga, dan
jumlah penduduknya adalah 420 jiwa.
Gambaran
masyarakatnya umumnya masyarakat RT
009
adalah penduduk pendatang atau penduduk yang datang dari luar pulau mungkin
dasini lebih bisa di perjelas bahwa ada suku yang mayoritas. Maksudnya
masyarakatnya lebih di dominasi oleh suku dari pulau jawa.
Berdasarkan
hasil Analisis yang saya kaji dalam data-data masyarakat RT 009 kelurahan teluk lerong ulu
terjadi pengelompokan-pengelompokan dalam masyarakat terutama suku,
perekonomian, pendidikan, usia, jumlah gaji dan adat istiadat.
B. Perumusan
Masalah
Dari
keterangan diatas, maka perumusan masalah yang ingin di analisis adalah
mengenai stratifikasi sosial dalam RT 009
kel.teluk lerong ulu antara lain :
1. Bagaimana
stratifikasi sosial secara Vertikal dalam RT 009 ?
2. Bagaimana
stratifikasi sosial secara Horizontal dalam RT 009?
C. Tujuan
Penulisan
Penulisan
Makalah ini dibuat dengan tujuan :
1. Untuk
mengetahui stratifikasi sosial dalam masyarakat RT 009.
2. Untuk
mengetahui tingkat stratifikasi Sosial dalam RT 009.
3. Untuk
mengetahui apa saja penyebab dan unsur-unsur terjadi stratifikasi sosial RT 009.
4. Untuk
menjadi pedoman dalam penulisan laporan selanjudnya (proses belajar).
5. Untuk
memenuhi tugas dari mata kuliah study masyarakat indonesia.
D. Metode
Penulisan
Dalam
melakukan penelitian ini saya menggunakan metode deskriptif. Dengan metode diskriptif
saya menggambarkan kenyataan-kenyataan yang ada.
Dalam
penelitian ini, saya mengumpulkan dengan cara :
1. Observasi
( Lingkungan RT 009)
2. Wawancara
( Masyarakat Setempat )
Analisis
data yang saya lakukan adalah :
1. Mencari
sumber data dari Ketua RT 009 Bp.Edo S .
2. Mencari
informasi tentang seni kebudayaan yang
berada di dalam masyarakat RT 009 dari Masyarakat
setempat.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Konsep
Stratifikasi Sosial
Dibawah ini akan dikemukakan gambaran dua
orang ahli sosiologi mengenai stratifikasi (kelas dan status), alasan-alasan
yang melandasi mengenai konsep stratifikasi Sosial dalam masyarakat kita yang
sedang mengalami berbagai perubahan.
1. Karl Marx
Kita melihat bahwa perubahan sosial secara mendasar dan menyeluruh yang melanda masyarakat Eropa telah mewujudkan pembagian kerja semakin terinci dalam masyarakat. Pembagian kerja tersebut telah membawa diferensiasi sosial yang tidak hanya berarti peningkatan perbedaan status secara horisontal tetapi juga secara vertikal.
Pandangan mengenai stratifikasi yang sangat
menonjol dalam sosiologi ialah pandangan mengenai kelas yang dikemukakan oleh
Karl Marx. Menurut Marx kehancuran feodalisme serta lahir dan berkembangnya
kapitalisme dan industri modern telah mengakibatkan terpecahnya masyarakat
menjadi dua kelas yang saling bermusuhan, yaitu kelas borjuis (bourgeoisie)
yang memiliki alat produksi dan kelas proletar (proletariat) yang tidak
memiliki alat produksi. Dengan makin berkembangnya industri para pemilik alat
produksi, semakin banyak menerapkan pembagian kerja dan memakai mesin sebagai
pengganti buruh sehingga persaingan mendapat pekerjaan di kalangan buruh
semakin meningkat dan upah buruh makin menurun. Karena kaum proletar semakin
dieksploitasi mereka mulai mempunyai kesadaran kelas (class consciousness) dan
semakin bersatu melawan kaum borjuis. Marx meramalkan bahwa bahwa pada suatu
saat buruh yang semakin bersatu dan melalui suatu perjuangan kelas (class
struggle) akan berhasil merebut alat produksi dari kaum borjuis dan
kemudian mendirikan suatu masyarakat tanpa kelas (classless society)
karena pemilikan pribadi atas alat produksi telah dihapuskan.
Jadi, konsep kelas sosial berdasarkan teori Karl
Marx dikaitkan dengan pemilikan alat produksi dan terkait pula dengan posisi
seseorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi.
Marx berpendapat bahwa stratifikasi timbul karena
dalam masyarakat berkembang pembagian kerja yang memungkinkan perbedaan
kekayaan, kekuasaan dan prestise yang jumlahnya sangat terbatas sehingga
sejumlah besar anggota masyarakat bersaing dan bahkan terlibat dalam konflik
untuk memilikinya. Anggota masyarakat yang tidak memiliki kekuasaan, kekayaan
atau prestise berusaha memperolehnya, sedangkan anggota masyarakat yang
memilikinya berusaha untuk mempertahankannya bahkan memperluasnya.
Menurut Marx, kelas-kelas akan timbul apabila
hubungan-hubungan produksi melibatkan suatu pembagian tenaga kerja yang
beraneka ragam, yang memungkinkan terjadinya penumpukan surplus produksi,
sehingga merupakan pola hubungan memeras terhadap massa para pemroduksi.
Persamaan yang bagaimanakah yang dikehendaki
masyarakat ? berdasarkan konsepsi Marx dikatakan bahwa asas pemerataan berarti
pemerataan pendapatan, seseorang diharapkan menyumbangkan tenaganya pada
masyarakat sesuai dengan kemampuannya tetapi akan memperoleh imbalan sesuai
dengan kebutuhannya.
2. Max Weber
Pembahasan Max Weber mengenai kelas, status dan partai merupakan tiga dimensi tingkatan yang terpisah satu sama lainnya serta pada satu tingkat empiris tertentu, tiap dimensi itu bisa saling mempengaruhi.Konsepsi kelas Weber bertolak dari analisisnya tentang liberalisasi kegiatan-kegiatan ekonomi berdasarkan ekonomi pasar. Yang dimaksudkan kegiatan ekonomi oleh Weber adalah upaya penguasaan kebutuhan utama manusia (berupa barang maupun jasa), yang didasarkan atas keadilan dan kompetisi secara sehat.
Kelas-kelas hanya bisa muncul apabila pasar itu
telah ada, dan pada gilirannya dapat membentuk suatu ekonomi uang dan akan
memainkan suatu peran yang penting dalam struktur ekonomi. Weber membedakan kelas
dan status (standische lage). Status seseorang, bertalian
dengan penilaian yang dibuat orang lain kepada diri atau posisi sosialnya,
sehingga menghubungkan dia dengan sesuatu bentuk martabat sosial atau
penghargaan (positif dan negatif). Kelompok status adalah sejumlah orang yang
mempunyai status yang sama. Kelompok-kelompok status (tidak seperti
kelas-kelas) hampir sepenuhnya menyadari posisi bersama mereka. Kasta merupakan
contoh yang sangat jelas dari status, perbedaan sifat kelompok status dipegang
teguh agar tetap berpedoman pada faktor-faktor kesukuan, serta biasanya
pemberlakuannya dipaksakan melalui ketentuan-ketentuan agama dan/atau
sanksi-sanksi hukum konvensional.
Keanggotaan kelompok kelas maupun keanggotaan
kelompok status, dapat merupakan landasan bagi kekuasaan sosial; akan tetapi
pembentukan partai-partai politik merupakan suatu pengaruh lanjut dan secara
analisis bebas atas pembagian kekuasaan.
Suatu partai yang mempunyai kaitan dengan suatu
yayasan amal sekalipun, dapat saja mempunyai tujuan agar dapat menerapkan
kebijakan-kebijakan tertentu partai menyangkut yayasan tersebut. Artinya,
partai-partai bisa masuk kedalam bentuk organisasi apa saja misalnya dimulai
dari perkumpulan olahraga sampai ke organisasi pengacara tingkat
nasional.Landasan untuk mendirikan partai-partai sangat beraneka ragam,
misalnya kesamaan kelas atau status bisa saja menjadi dasar satu-satunya bagi
penerimaan anggota suatu partai politik.
Berdasarkan gambaran-gambaran yang telah
dikemukakan oleh dua orang ilmuwan sosiologi di atas, pandangan-pandangan yang
dikemukakan oleh Max Weber adalah yang paling mampu menjelaskan stratifikasi
dalam masyarakat kita yang sedang mengalami berbagai perubahan seperti
berkembangya industrialisasi, urbanisasi, demokratisasi, modernisasi dan
kapitalisme.
Alasan-alasan tersebut didasarkan atas hal-hal sebagai berikut :
1. Bahwa konsep Weber mengenai kelas dan
status sangat relevan dengan konsep liberalisasi ekonomi yang memberikan
keleluasaan kepada para pelaku pasar untuk berkompetisi secara sehat, dan
pemerintah dalam hal ini hanya bertindak sebagai pengatur (steering)
hal-hal yang pokok, dan kondisi ini sesuai dengan kecenderungan ekonomi dunia
yang mengarah kepada perdagangan bebas;
2. Bahwa kekhawatiran Marx terhadap
pembagian atau spesialisasi pekerjaan akan menyebabkan terjadinya kelas borjuis
dan kelas proletar sangat tidak beralasan, oleh karena justru karena individu
mempunyai pekerjaan atau kegiatan yang berbeda-beda dalam masyarakat, maka
mereka menjadi tergantung atau terikat satu sama lain. Sehingga hipotesa yang
menetapkan bahwa pembagian kerja adalah salah satu syarat hidupnya suatu
masyarakat (menuju modern seperti Indonesia) dapat dibenarkan;
3. Weber menerima konsep Marx bahwa bentuk
modern masyarakat merupakan suatu masyarakat kelas, namun ia mengungkapkan
fakta bahwa perjuangan kelas sudah tidak cocok lagi dengan kondisi saat ini
(termasuk di Indonesia). Yang membedakan bentuk masyarakat modern dari
jenis-jenis tradisional bukan lagi dari sifat kelas, tetapi dari pembagian
profesi yang dilakukan secara kooperatif;
4. Terhadap pendapat Marx yang mengatakan
bahwa seorang buruh jika belum mempunyai kesadaran kelas berarti
kesadaran, pemikiran dan nalar yang meliputi benak si buruh tersebut merupakan
kesadaran palsu (false consciousness). Padahal bukan suatu masalah
apabila si buruh menyetujui tindakan atau kebijakan-kebijakan yang dilakukan
oleh majikannya.
Pengertian
Stratifikasi Menurut Para Ahli
Lapisan
dalam masyarakat dikenal dengan istilah stratifikasi sosial. Kata stratifikasi
sosial itu sendiri berasal dari bahasa latin, yaitu stratum yang berarti
tingkatan dan socius yang berarti rekan atau masyarakat.
1. Plato
(428-347/348 SM). Seorang filsuf (pemikir) Yunani, mengatakan bahwa masyarakat
negara dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yakni filsuf sebagai pemimpin
negara, prajurit sebagai penjamin terlaksananya hukum negara, dan rakyat
(petani) sebagai warga negara.
2. Aristoteles
(384-322 SM). Ia mengatakan bahwa masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga golongan,
yaitu mereka yang kaya sekali, yang melarat, dan yang ada diantara keduanya.
3. Pitirim
Sorokin. Sosiolog Rusia-Amerika, mengemukakan bahwa pelapisan sosial membagi
masyarakat menjadi tingkatan-tingkatan yang tersusun vertikal. Posisi seseorang
dalam suatu tingkat ditentukan oleh seberapa banyak ia memiliki sesuatu yang
berharga.
4. Karl Marx berpendapat bahwa stratifikasi
timbul karena dalam masyarakat berkembang pembagian kerja yang memungkinkan
perbedaan kekayaan, kekuasaan dan prestise yang jumlahnya sangat terbatas
sehingga sejumlah besar anggota masyarakat bersaing dan bahkan terlibat dalam
konflik untuk memilikinya. Anggota masyarakat yang tidak memiliki kekuasaan,
kekayaan atau prestise berusaha memperolehnya, sedangkan anggota masyarakat
yang memilikinya berusaha untuk mempertahankannya bahkan memperluasnya.
5. Max Weber berpendapat bahwa stratifikasi
itu mengenai kelas, status dan partai merupakan tiga
dimensi tingkatan yang terpisah satu sama lainnya serta pada satu tingkat
empiris tertentu, tiap dimensi itu bisa saling mempengaruhi. Konsepsi kelas
Weber bertolak dari analisisnya tentang liberalisasi kegiatan-kegiatan ekonomi
berdasarkan ekonomi pasar. Yang dimaksudkan kegiatan ekonomi oleh Weber adalah
upaya penguasaan kebutuhan utama manusia (berupa barang maupun jasa), yang
didasarkan atas keadilan dan kompetisi secara sehat.
6. Adam Smith berpendapat bahwa stratifikasi sosial
masyarakat di bagi menjadi tiga, yaitu orang-orang yang hidup dari penyewaan
tanah, orang-orang yang hidup dari upah kerja, dan orang-orang yang hidup dari
keuntungan perdagangan.
7. Thorstein Veblen berpendapat bahwa stratifikasi sosial itu
membagi masyarakat dalam dua golongan yaitu golongan pekerja yang berjuang
mempertahankan hidup dan golongan yang banyak mempunyai waktu luang karena
kekayaannya.
8. Prof. Selo
Soemardjan berpendapat bahwa
stratifikasi sosial itu adalah pelapisan sosial akan selalu ada selama dalam
masyarakat terdapat sesuatu yang dihargai.
9.
Robert M.Z. Lawang berpendapat bahwa stratifikasi sosial itu adalah
pelapisan sosial merupakan penggolongan orang-orang dalam suatu sistem sosial
tertentu secara hierarkhis menurut dimensi kekuasaan, privelese, dan prestise.
10. Hasan Shadily menyebutkan bahwa kelas
sosial adalah golongan yang terbentuk karena adanya perbedaan kedudukan tinggi
dan rendah, dan karena adanya rasa segolongan dalam kelas itu masing-masing
sehingga kelas yang satu dapat dibedakan dari kelas yang lain.
Berarti,
pelapisan sosial mengandung dua unsur : pembedaan dan hirarki vertikal. Atas
kedua unsur itu, kita dapat merumuskan pengertian pelapisan sosial sebagai
pembedaan masyarakat kedalam kelas-kelas secara vertikal, yang diwujudkan
dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang tinggi sampai ke yang lebih
rendah.
Secara
umum startifikasi sosial adalah suatu strata atau pelapisan orang-orang yang
berkedudukan sama dalam kontinum atau rangkaian kesatuan status sosial. Para
anggota suatu strata sosial tertentu acapkali memiliki jumlah penghasilan atau
uang yang relatif sama. Namun, lebih penting dari itu, mereka lebih memiliki
sikap, nilai-nilai, dan gaya hidup yang sama. Semakin rendah kedudukan
seseorang di dalam pelapisan sosial, biasanya semakin sedikit pula perkumpulan
dan hubungan sosialnya.
B. Startifikasi
sosial secara horizontal dan vertikal
Faktor-faktor
penyebab pluralitas masyarakat Indonesia.
Struktur masyarakat Indonesia di
tandai oleh dua cara yang unik, yaitu :
(a) Secara
Horizontal :
Ditandai oleh adanya kesatuan-kesatuan
sosial berdasarkan : suku bangsa, agama, adat istiadat dan kedaerahan.
Menurut Skiner, terdapat 35 suku bangsa
Indonesia dan menurut Hilda Geertz, terdapat 3000 suku bangsa Indonesia.
Beberapa suku bangsa yang tergolong besar adalah Jawa, Sunda, Minangkabau,
Batak, Madura dan Bugis.
Indonesia terletak diantara Samudera
Indonesia dan Samudera Pasifik, sangat
mempengaruhi
terciptakannya pluralitas agama ( Islam, Kristen, Hindu, dan Budha ).
Iklim yang berbeda-beda struktur tanah
yang tidak sama juga menciptakan Pluralitas regional.
(b) Secara
Vertikal :
Ditandai oleh adanya
perubahan-perubahan antara lapisan atas dan lapisan bawah yang cukup tajam.
Faktor-faktor penyebab pluralitas
masyarakat Indonesia secara vertikal :
(a) Adanya
kehidupan bersama dari manusia itu sendiri. Masyarakat membangun organisasi
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Stratifikasi terlihat dari adanya pemimpin
dan yang memimpin.
(b) Adanya
perbedaan dari setiap manusia sejak saat ia di lahirkan ( intelegensia,
kemampuan dan kepribadian ).
(c) Adanya
perbedaan lingkungan dari kehidupan mayarakat itu sendiri ( lingkungan alam
yang baik dan yang kurang baik ).
C. Struktur
sosial Masyarakat
Hal-hal yang dihargai sebagai pembentuk pelapisan sosial :
a. Uang.
b. Tanah.
c. Kekayaan.
d. Ilmu Pengetahuan.
e. Kekuasaan.
f. Kesalehan.
g. Keturunan dari keluarga terhormat.
Kriteria tinggi rendah pelapisan :
Talcott Parsons menyebutkan lima kriteria tinggi rendahnya status
seseorang, yaitu:
1) Kriteria kelahiran:
meliputi faktor ras, jenis kelamin, kebangsawanan, dan sebagainya.
2) Kriteria kualitas pribadi
: meliputi kebijakan, kearifan, kesalehan, kecerdasan, usia dan sebagainya.
3) Kriteria prestasi :
meliputi kesuksesan usaha, pangkat dalam pekerjaan, prestasi belajar, prestasi
kerja, dan sebagainya.
4) Kriteria pemilikan:
meliputi kekayaan akan uang dan harta benda.
5) Kriteria otoritas : yaitu
kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain sehingga pihak lain tersebut bertindak
seperti yang diinginkan.
Cara terbentuknya pelapisan sosial :
1) Terbentuk dengan sendirinya, sesuai dengan perkembangan masyarakat yang
bersangkutan. Misal kepandaian, tingkat umur, jenis kelamin, keturunan, sifat
keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat dan harta kekayaan.
Misal pada organisasi formal pemerintahan, perusahaan, partai politik,
perkumpulan, angkatan bersenjata, dan sebagainya.
2) Dengan sengaja disusun, untuk mengejar tujuan tertentu.
Faktor-Faktor yang dijadikan alasan/dasar terbentuknya pelapisan sosial :
1) Kepandaian.
2) Tingkat umur.
3) Sifat keaslian keanggotaan di dalam masyarakat (misalnya cikal bakal,
kepala desa dsb).
4) Pemilikan harta.
Masyarakat pemburu biasanya mendasarkan pada tingkat kepandaian untuk
membentuk pelapisan sosial.
Masyarakat yang telah hidup menetap dan bercocok tanam mendasarkan pada
sistem kerabat dari pembuka tanah yang asli dianggap sebagai golongan yang
menduduki lapisan yang tinggi.
Pada masyarakat yang taraf hidupnya masih rendah biasanya pelapisan sosial
ditentukan oleh:
a. Perbedaan seksual (jenis kelamin).
b. Perbedaan antara pemimpin dengan yang dipimpin.
c. Perbedaan golongan budak dengan bukan budak.
d. Perbedaan karena kekayaan dan usia.
Dua analisis Prof. Soerjono Soekanto tentang proses terbentuknya
pelapisan sosial :
1) Sistem pelapisan sosial kemungkinan berpokok kepada sistem pertentangan
dalam masyarakat.
2) Ada sejumlah unsur untuk membuat analisa pelapisan sosial yaitu :
a. Distribusi hak-hak istimewa yang objektif,
seperti penghasilan, kekayaan, kekuasaan, wewenang.
b. Sistem pertanggaan yang sengaja diciptakan
sehingga ada prestise dan penghargaan atas posisi pelapisan sosial tertentu.
c. Kriteria sistem pertentangan, yaitu dikukur
adanya perbedaan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat tertentu, hak
milik, wewenang, dan kekuasaan.
d. Lambang-lambang kedudukan, seperti misalnya
tingkah laku hidup, cara berpakaian, bentuk rumah, keanggotaan suatu organisasi
tertentu.
e. Mudah atau sukarnya bertukar kedudukan.
f. Solidaritas di antara individu-individu atau
kelompok-kelompok sosial yang menduduki kedudukan yang sama dalam sistem sosial
masyarakat.
Kriteria Penggolongan Pelapisan Sosial :
a. Ukuran kekayaan.
b. Ukuran kekuasaan.
c. Ukuran kehormatan.
d. Ukuran ilmu pengetahuan.
Sifat Pelapisan Sosial :
a. Tertutup (closed social stratification) membatasi kemungkinan untuk
pindah dari satu lapisan ke lapisan yang lain. Contoh sistem kasta pada
masyarakat feodal, masyarakat apartheid.
b. Terbuka (opened social stratification), setiap anggota masyarakat
mempunyai kesempatan untuk naik ke lapisan sosial lebih tinggi. Contoh
masayarakat pada negara-negara industri maju.
c. Campuran, adalah kombinasi terbuka dan tertutup dan ini sering terjadi
dalam masyarakat. Misalnya untuk hal-hal tertentu bersifat terbuka, tetapi
untuk hal-hal tertentu yang lain bersifat tertutup.
Fungsi Stratifikasi Sosial :
1) Alat untuk mencapai tujuan.
2) Mengatur dan mengawasi interasksi antar anggota dalam sebuah sistem
stratifikasi.
3) Stratifikasi sosial mempunyai fungsi pemersatu.
4) Mengkategorikan manusia dalam stratum yang berbeda.
Status dalam pelapisan sosial Status dan peranan adalah unsur yang baku
dalam sistem berlapis-lapis dalam masyarakat. Status adalah posisi yang
didukuki seseorang dalam suatu kelompok.
Status objektif, yaitu status yang dimiliki seseorang secara
hierarkhis dalam struktur formal suatu organisasi. Misal seorang Gubernur.
Status subjektif, yaitu status yang dimiliki seseorang merupakan
hasil penilaian orang lain terhadap diri seseorang dengan siapa ia berkontak
atau berhubungan.
Kriteria penentuan status subjektif adalah:
1) Kelahiran
2) Mutu pribadi
3) Pemilikan
4) Otoritas
Pelapisan dalam masyarakat dapat dilihat berdasarkan
kriteria sosial, politik dan ekonomi. Kriteria
politik adalah pembedaan penduduk atau warga masyarakat menurut
pembagian kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut
kehendak atau kemauan pemegang kekuasaan. Wewenang adalah kekuasaan yang ada pada
diri seseorang atau sekelompok orang yang mendapat pengakuan dari masyarakat.
Kekuasaan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang yang diakui oleh
masyarakat disebabkan oleh rasa takut,
rasa cinta, kepercayaan, pemujaan. Munculnya sistem kekuasaan kemudian
menimbulkan lapisan-lapisan kekuasaan yang sering disebut “Piramida Kekuasaan”.
Menurut Max
Iver terdapat tiga pola umum “Piramida Kekuasaan” yaitu tipe kasta, tipe
oligarkhis, tipe demokratis.
Tipe Kasta adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garis
pemisahan yang tegas dan kaku.
Susunan
dari atas ke bawah adalah:
1) Raja.
2) Bangsawan.
3) Orang-orang yang bekerja di pemerintahan, pegawai rendahan dan
seterusnya.
4) Tukang-tukang, pelayan-pelayan.
5) Petani-petani, buruhan tani.
6) Budak-budak.
Tipe Oligarkhis adalah sistem lapisan kekuasaan dengan
garis-garis pemisahan yang tegas. Akan tetapi dasar pembedaan kelas-kelas
sosial ditentukan oleh kebudayaan masyarakat tersebut terutama dalam hal
kesempatan untuk naik lapisan sosial.
Susunan dari atas ke bawah sebagai berikut:
1) Raja (penguasa)
2) Bangsawan dari macam-macam tingkatan.
3) Pegawai tinggi (sipil dan militer).
4) Orang-orang kaya, pengusaha dan sebagainya.
5) Pengacara.
6) Tukang dan pedagang.
7) Buruh tani dan budak.
Tipe Demokratis, adalah sistem pelapisan kekuasaannya
terdapat garis pemisah antara lapisanyang sifatnya sangat mobil. Faktor
kelahiran tidak menentukan pelapisan tertentu seseorang. Pada tipe ini lebih
menekankan pada kemampuan orang untuk menentukan pelapisan sosial. Pada lapisan
sosial di lingkungan kraton (masa feodal kerajaan), tidak digambarkan sebagai
pelapisan dari atas ke bawah tetapi sebagai lingkaran kambium. Dimana raja merupakan tokoh sentral yang
penuh kekuasaan dan mempunyai privelese (hak-hak istimewa).
Pelapisan sosial berdasar kriteria ekonomi membedakan penduduk atau warga
masyarakat menurut jumlah dan sumber pendapatan
Sistem pelapisan
yang berdasarkan kriteria ekonomi disebut kelas sosial.
Menurut Karl Marx
ada dua macam kelas dalam setiap masyarakat, yaitu kelas atas yang memiliki
tanah atau alat-alat produksi lainnya dan kelas bawah yaitu kelas yang tidak
memiliki alat-alat produksi kecuali tenaga yang disumbangkan dalam proses
produksi.
Max Weber menyebutkan adanya kelas yang mendapat kehormatan khusus dari
masyarakat yang dinamakan stand.
Joseph Schumpater menyebutkan bahwa sistem kelas diperlukan untuk
menyediakan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata.
Hasan Shadily menyebutkan bahwa kelas sosial adalah golongan yang terbentuk
karena adanya perbedaan kedudukan tinggi dan rendah, dan karena adanya rasa
segolongan dalam kelas itu masing-masing sehingga kelas yang satu dapat
dibedakan dari kelas yang lain.
Secara teoritis
kelas-kelas ekonomi masyarakat adalah sebagai berikut:
1) Kelas Atas (Upper Class), terdiri atas:
a. Kelas atas lapisan atas.
b. Kelas atas lapisan menengah.
c. Kelas atas lapisan bawah.
2) Kelas Menengah (Middle Class), terdiri atas:
a. Kelas menengah lapisan atas.
b. Kelas menengah lapisan tengah.
c. Kelas menengah lapisan bawah.
3) Kelas Bawah (Lower Class):
a. Kelas bawah lapisan atas.
b. Kelas bawah lapisan tengah.
c. Kelas bawah lapisan bawah.
Mengapa kelas-kelas sosial di dalam masyarakat digambarkan dalam bentuk
kerucut? Hal ini berkaitan dengan jumlah warga masyarakat semakin tinggi
jumlahnya semakin sedikit. Pelapisan sosial berdasarkan kriteria sosial, model
pelapisannya berhubungan dengan prestise atau gengsi. Prestises atau gengsi
pada masyarakat feodal umumnya diukur dari garis keturunan.
Di Jawa masa
kerajaan terdapat pelapisan dari atas ke bawah yakni:
1) Raja (Sultan).
2) Kaum Bangsawan (Sentono Dalem).
3) Priyayi (Abadi Dalem tingkat tinggi).
4) Kawulo (wong cilik).
Di Tanah Karo kedudukan pendiri desa (Marge Taneh) jauh lebih tinggi
daripada rakyat biasa (ginemgem) dan budak (derip).
Di Timor ada kedudukan USIF (bangsawan) dan TOG (orang-orang biasa).
Di Inggris ada golongan NOBILITY
(Bangsawan) dan dibawahnya COMMONER (rakyat biasa).
Pada Zaman Hindu
warga masyarakat digolongkan ke dalam 4 tingkatan, yaitu:
1) Kasta Brahmana (ahli agama, pendeta).
2) Kasta Ksatria (golongan masyarakat bangsawan).
3) Kasta Waisya (golongan masyarakat biasa, pedagang, petani).
4) Kasta Sudra (golongan masyarakat pekerja kasar).
Pada sistem kasta yang disebut TRI WANGSA adalah Brahmana, Ksatria, dan
Waisya. Sedang lapisan terakhir disebut “jaba”.
Ida (nama untuk Brahmana), Tjokorda, Dewa, Ngahan (nama untuk Ksatria),
Bagus, I Gusti, dan Gusti (nama untuk Waisya), Pande, Kbon, Pasek (nama untuk
orang Sudra).
Gelar-gelar tersebut di atas diwariskan secara patrilineal.
Konsekuensi perbedaan kedudukan dan peran sosial dalam tindakan dan
interakasi sosial :
a. Orang yang menduduki pelpisan sosial yang berbeda akan memiliki
kekuasaan, privelese dan prestise yang berbeda pula. (Baik privelese ekonomi
maupun privelese budaya).
b. Kemungkinan timbulnya proses sosial yang disosiatif berupa persaingan,
kontravensi, maupun konflik.
c. Penyimpangan perilaku karena kegagalan atau ketidakmampuan mencapai
posisi tertentu. Kegagalan itu dapat berupa alkoholisme, kejahatan, drug abuse,
prostitusi, korupsi, kenakalan reamaja dan sebagainya.
d. Konsentrasi elite status, yakni pemusatan kedudukan-kedudukan yang
penting kepada orang-orang atau segolongan orang tertentu. Akibat logisnya
adalah dimungkinkan terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme.
BAB
III
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Struktur masyarakat Rt 009 bisa kita
lihat dari 2 ( dua ) cara yaitu secara horizontal dan vertikal. Adapun
penjelasan yaitu :
A. Secara
horizontal
Di
tandai oleh adanya kesatuan kesatuan sosial berdasarkan :
1. Suku
bangsa
Tabel
Keadaan Penduduk RT 009 Berdasarkan Suku bangsa :
No
|
Suku
Bangsa
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
2
3
4
5
6
|
Jawa
Banjar
Bugis
Kutai
Dayak
Dll
|
383
Orang
17
Orang
7
Orang
8
Orang
3
Orang
2
Orang
|
91,19
%
4
%
1,66
%
1,97
%
0,71
%
0,47
%
|
|
Jumlah
|
420
Orang
|
100
%
|
Menurut tabel diatas dapat di
jelaskan masyarakat RT 009 hampir
90 % masyarakat jawa.
Menurut pemaparan dari masyarakat khususnya, wilayah tersebut
di dominasi suku jawa karena banyak
keluarga yang tinggal di
samarinda yang sudah sukses sehingga dapat di bantu dengan pekerjaan yang
sesuai. Adapun alasan ekonomi tersedianya lapangan pekerjaan yang cukup banyak.
2. Adat
istiadat
Adat istiadat dalam masyarakat RT
009 adalah bermacam-macam diamana kita ketahui masyarakatnya terdiri dari
beberapa suku dan budaya yang berbeda. Tetapi dalam Rt 009 bisa di bilang karena
hampir seluruh atau 90% masyarakatnya suku jawa
jadi umumnya masyarakat adat istiadat yang menonjol adat jawa seperti dalam
penyelesaian pembuatan rumah, acara pernikahan, kematian, acara kelahiran, Dll
B. Secara
vertikal
Di
tandai oleh adanya perubahan-perubahan atau perbedaan dalam masyarakat antara
lain di bidang :
1. Pendidikan
Tabel
Keadaan Penduduk RT 009 Berdasarkan Tingkat Pendidikan :
No
|
Tingkat
Pendidikan
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
2
3
4
5
|
Tidak
Tamat SD
Tamat
SD
Tamat
SMP
Tamat
SMA
Tamat
PT ( DI, DII, D3, S1,S2,S3 )
|
54
Orang
96
Orang
75
Orang
134
Orang
61
Orang
|
12,85
%
22,85
%
17,85
%
31,90
%
14,55
%
|
|
Jumlah
|
420
Orang
|
100
%
|
Berdasarkan tabel diatas dapat di
gambarkan tingkat pendidikan masyarakat RT 009 yang dimana hampir seluruh
masyarakatnya sudah mengenyam pendidikan SD, SMP, SMA, maupun Perguruan tinggi.
Umunya masyarakatnya mampu membiayai pendidikan. Dan juga bisa di bilang
samarinda memiliki fasilitas yang cukup untuk memenuhi pemenuhan pendidikan
masyarakatnya.
2. Pekerjaan
Tabel
Keadaan Penduduk RT 009 Berdasarkan tingkat pekerjaan :
No
|
Pekerjaan
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
2
3
4
5
6
7
|
Pegawai
Negeri
Wirausaha
/ Swasta
Ibu
Rumah tangga
Buruh
Petani
Pelajar
/ Mahasiswa
Tidak
bekerja(Pengangguran)
|
26
Orang
97
Orang
84
Orang
13
Orang
6
Orang
112
Orang
82
Orang
|
6,19
%
23,09
%
20
%
3,09
%
1,43
%
26,67
%
19,53
%
|
|
Jumlah
|
420
Orang
|
100
%
|
Dari
tabel diatas dapat di gambarakan tingkat
pekerjaan penduduk RT 009
yang
dapat saya analisis dimana pekerjaan penduduk umunya swasta dan wirausaha yang bisa di gambarkan
Misalnya, Pak Burhanudin
yang mumbuka warung.
3. Usia
Tabel
Keadaan Penduduk RT 009 Berdasarkan Tingkat Usia :
No
|
Tingkat
Usia
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
2
3
|
0
– 17 Tahun
18
– 40 Tahun
41
– 84 Tahun
|
152
Orang
187
Orang
81
Orang
|
36,19
%
44,52
%
19,29
%
|
|
Jumlah
|
420
Orang
|
100
%
|
Dari tabel diatas dapat di
gambarkan tingkat Usia masyarakat RT 009 yang dimana usia rata –rata
penduduknya 18 – 40 tahun. Menurut data
tersebut saya dapat menjelaskan dimana dalam usia 17 – 40 ini dimana umunya
adalah kepala kelurga yang bisa dibilang Dewasa, sedangkan tingkat 0 - 17 tahun
di sebut anak-anak atau balita terus 41 – 84 Tahun itu bisa di jelaskan masa
tua.
4. Jumlah
gaji
Tabel Keadaan Penduduk
RT 009 Berdasarkan Tingkat Jumlah Gaji :
No
|
Tingkat
Gaji
|
Jumlah
|
Persentase
|
1
2
3
|
Rp
0 – Rp 2 Juta
Rp
2 Juta – Rp 10 Juta
Rp
10 Juta - Keatas
|
393
Orang
23
Orang
4
Orang
|
93,57
%
5,47
%
0,96
%
|
|
Jumlah
|
420
Orang
|
100
%
|
Dari tabel diatas dapat di gambarkan bagaimana keadaan
kehidupan di bidang ekonomi dalam masyarakat RT 009, Bisa di gambarkan Tingkat penghidupan ekonominya hampir merata
yang mana bisa kita lihat pekerjaan dari masing individu dalam masyarakat.
Dimana yang bisa di lihat kehidupanya sederhana dan memadai tetapi tidak juga
kekurangan Khususnya membeli makanan Pokok. Dari segi materi mungkin di gambarkan
bagaimana rumah yang didiami masyarakat umumnya ada beberapa rumah yang telihat
megah. Dari pekerjaan nya juga sudah bisa menggambarkan status sosial mereka.
BAB
IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
DAN SARAN
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah
pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Perwujudannya
adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan
ada lapisan-lapisan di bawahnya. Setiap lapisan tersebut disebut strata sosial yaitu
golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan
beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan. Di dalam Rt 009 menurut saya
sudah terukir atau tercipta suatu kerukunan hidup bertentangga yang dimana
masyarakatnya sudah modern masyarakat yang saling menghargai dan menghormati
dalam kehidupan berbangsa. Adapun saran dari saya selaku penulis, sebaiknya
dalam masyarakat di manapun atau di wilayah yang kondisi lingkungan masyarakat
berkelas atau ada pelapisan sosial seharusnya dan sebaiknya ada sikap saling
menghargai dan menghormati karena kita di ciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa itu
sama mempunyai hak dan kewajiban yang sama, serta manusia adalah makhluk sosial
sehingga saling membutuhkan satu sama lain sehingga tidak ada pengelompokan
dalam masyarakat kita di pandang sama atau sederajat. penulisan makalah ini
mengenai stratifikasi sosial dalam RT 009 kelurahan Teluk Lerong Ulu
ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu Saya sangat
mengarapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk penyempurnaan dan
perbaikan penulisan selanjudnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Pardosi, Jawatir. Bahan Ajar Mata Kuliah Study Masyarakat
Indonesia, Bogor, 2007.102 Halaman.
Isvandiar
Zoebir, Suryawan. Internet (Google). Konsep
Stratifikasi Sosial. Salemba, 1999.
Narwoko, J Dwi. Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan.
Jakarta ; Kencana, 2006. Edisi Kedua Cetakan Ke-2, Halaman 151.
Soedarno,
P. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta
; Gramedia Pustaka Utama, 1993.Halaman 157.
Soekanto, Soerjono. Teori Sosiologi Tentang Pribadi Dalam
Masyarakat. Jakarta Timur ; Ghalia Indonesia, 1984. Cet ke-2, Halaman
181.
Mulyadi, Yad. Sosiologi Dan Antropologi. Jakarta ; Erlangga, 1993, Cet Ke
-3, Halaman 145.
Kuswardoyo,
Musthofa Shodiq. Sosiologi Sekolah
Menengah Umum. Surakarta ; PT
Pabelan, 1994. Halaman 7.
Comments
Post a Comment
komen sangat di harapkan boss.