KEWARGANEGARAAN (STUDI KASUS)
KASUS :
Papua adalah salah
satu pulau yang memiliki SDA terkaya di dunia. Sebut saja PT Freeport yang
telah bertahun-tahun mengeksploitasi tambang emas disana. Emas di tambang Papua
diakui memiliki kualitas terbaik dunia, selain itu terdapat pula tambang
uranium didalamnya. Itu merupakan harta terbesar yang sangat diincar oleh
Negara manapun didunia. Hal ini menjadi ironi bagi rakyat Papua yang memiliki
kekayaan alam sangat berlimpah namun hidup dalam garis kebodohan dan
keterbelakangan. Hal ini pula yang mendorong warga Papua yang terdidik untuk
bangkit dan keluar dari garis keras ironi tersebut. Kesan ketidak berpihakan
pemerintah pusat terhadap rakyat Papua menghasilkan ketidak percayaan yang
mendorong organisasi seperti OPM tumbuh subur di tanah tersebut.
SOLUSI :
Kurangnya penanaman
Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan Wawasan Nusantara berakibat pada
ketidakyakinan akan kebenaran ideology Pancasila mampu membawa rakyat Papua
menuju masyarakat yang adil, makmur dan beradap. Hal ini menjadi penting untuk
kita perhatikan tidak hanya di Papua saja mengingat penanaman Pancasila yang
terasa semakin menguap di masyarakat Indonesia belakangan ini.
Situasi politik di
pemerintahan pusat yang tak kondusif dan sulit dipercaya berimbas pula pada
politik di dalam Papua sendiri. Belakangan ini kita dapat melihat suasana di
Papua yang seperti tanpa pemimpin. Kebijakan yang diterapkan untuk Papua
terindikasi sarat penyelewengan dan digunakan untuk kepentingan pihak-pihak
yang ingin diuntungkan secara pribadi.
Dapat kita temukan pula adanya ketimpangan tujuan kerjasama dalam
hubungan politik luar negeri yang seharusnya bertujuan demi kepentingan
nasional. Dalam kasus PT Freeport misalnya, tidak kita lihat adanya
perlindungan kepentingan Indonesia dari diplomasi negatif Negara lain dan
pemberian hak bagi warga Papua khususnya.
Perekonomian di
Indonesia di nyatakan mengalami peningkatan secara makro pada era kabinet
Indonesia bersatu belakangan ini. Namun dapat dirasakan pula kesulitan ekonomi
bagi rakyat kecil yang seakan semakin mencekam. Pembangunan yang tidak merata
dan sasaran pembangunan yang abstrak serta ironisme sebagai pulau terkaya yang
telah dibahas sebelumnya mendorong pula kecacatan ketahanan nasional di wilayah
Papua.
Kultur sosial
budaya di Papua yang sangat unik sebenarnya sangat di cintai dan diakui oleh
seluruh Indonesia. Pada dasarnya sebagian besar rakyat Papua juga mencintai
Indonesia sebagai Negara kesatuan dimana mereka berada didalamnya. Namun
ketimpangan sosial sebagai akibat dari pembangunan yang tidak merata dapat
dilihat dari perbedaan rasa senasib sepenanggungan, solidaritas dan kebersamaan
dengan seluruh rakyat Indonesia terhadap mereka. Padahal kesemuanya merupakan
unsur pemersatu yang vital.
Dalam kasus ini,
sangat perlu untuk kita perhatikan adanya keterlibatan pihak asing yang
mendukung dibalik Papua Merdeka. Tentu saja kemerdekaan Papua akan
menguntungkan bagi mereka. Dari salah seorang aktivis Papua menyatakan bahwa
telah ada 4 negara maju yang siap mendukung dan memberikan suaka untuk
kemerdekaan Papua. Padahal sikap resmi yang dikeluarkan oleh Negara-negara
tersebut menyatakan dukungan agar Papua tetap dalam NKRI.
Sangat diperlukan
langkah kongkrit dari pemerintah untuk mencari solusi terbaik bagi kasus ini,
karena Papua adalah bagian dari NKRI yang kita cintai. Tindakan tegas (keras)
akan menuai reaksi keras pula dari rakyat dan dunia internasional, hal tersebut
rentan pula akan isu pelanggaran HAM. Namun tindakan lamban akan memperparah
suasana yang semakin memanas disana. Maka perlu kita kembali kepada Pancasila
dan penerapan Musyawarah untuk mufakat demi keamanan dan ketahanan Nasional.
Dan sudah sepantasnya mereka warga Papua mendapatkan perlindungan, pendidikan,
kesejahteraan yang setara dengan penduduk Indonesia di wilayah-wilayah lain.
Comments
Post a Comment
komen sangat di harapkan boss.